blog ini adalah blog resmi ipnu-ippnu tempursari, yang di buat untuk anggota pac. tempursari dan anggota lainya, juga untuk masyarakat umum.
Sabtu, 27 November 2010
http://d3bianavid.blogspot.com/2009/08/ikatan-pelajar-nahdlatul-ulama.html
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat IPNU) adalah badan otonom Nahldlatul Ulama yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada segmen pelajar dan santri putra. IPNU didirikan di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H/ 24 Pebruari 1954, yaitu pada Konbes LP Ma’arif NU. Pendiri IPNU adalah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa (Solo), dan Abdul Ghony Farida (Semarang).
Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer yang terpilih dalam Konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April-1 Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri.
Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru, IPNU mengubah kepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Sejak saat itu, segmen garapan IPNU meluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003, IPNU kembali mengubah kepanjangannya menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertebertekad mengembalikan basisnya di sekolah dan pesantren.
Visi IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk mewujudkan visi tersebut, IPNU melaksanakan misi: (1) Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi; (2) Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa; (3) Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah al-ammah), guna terwujudnya khaira ummah; (4) Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi.
Sebagai salah satu perangkat organisasi NU, IPNU menekankan aktivitasnya pada program kaderisasi, baik pengkaderan formal, informal, maupun non-formal. Di sisi lain, sebagai organisasi pelajar, program IPNU diorientasikan pada pengembangan kapasitas pelajar dan santri, advokasi, penerbitan, dan pengorganisasian pelajar.
Kini IPNU telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah di tingat provinsi dan 374 Pimpinan Cabang di tingkat kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2008, anggota IPNU telah mencapai lebih dari 2 juta pelajar santri yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer yang terpilih dalam Konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April-1 Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri.
Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru, IPNU mengubah kepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Sejak saat itu, segmen garapan IPNU meluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003, IPNU kembali mengubah kepanjangannya menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertebertekad mengembalikan basisnya di sekolah dan pesantren.
Visi IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk mewujudkan visi tersebut, IPNU melaksanakan misi: (1) Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi; (2) Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa; (3) Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah al-ammah), guna terwujudnya khaira ummah; (4) Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi.
Sebagai salah satu perangkat organisasi NU, IPNU menekankan aktivitasnya pada program kaderisasi, baik pengkaderan formal, informal, maupun non-formal. Di sisi lain, sebagai organisasi pelajar, program IPNU diorientasikan pada pengembangan kapasitas pelajar dan santri, advokasi, penerbitan, dan pengorganisasian pelajar.
Kini IPNU telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah di tingat provinsi dan 374 Pimpinan Cabang di tingkat kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2008, anggota IPNU telah mencapai lebih dari 2 juta pelajar santri yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
Pengertian Organisasi
1.Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.”
2.Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.”
3. Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan “organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
4. James D Mooney berpendapat bahwa “Organization is the form of every human, association for the assignment of common purpose” atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
5. Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
6. Paul Preston dan Thomas Zimmerer mengatakan bahwa “Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.” (Organization is a collection people, arranged into groups, working together to achieve some common objectives).
http://budakbangka.blogspot.com
Hal yang berbeda antara organisasi dan manajemen adalah organisasi sebagai alat atau wadah sekelompok orang dalam mencapai tujuan tertentu, sedangkan manajemen lebih mengarah kepada pengaturan atau pengelolaan untuk mencapai tujuan tersebut, adapun persamaan dari organisasi dan manajemen ialah sama-sama memiliki sasaran dan tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Hubungan Organisasi, Administrasi dan Manajemen
Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa sesungguhnya administrasi dan manajemen adalah sama, hanya saja istilah administrasi digunakan pada badan / organisasi pemerintah, sedangkan istilah manajemen dipergunakan untuk organisasi swasta. Administrator sama artinya dengan manajer, tetapi organisasi untuk pemerintah. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan istilah manajer untuk perusahaan swasta yaitu diantaranya manajer pemasaran, manajer pembelian dan lain-lain. Serta kepala bagian administrasi keuangan, kepala bagian administrasi kepegawaian dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara administrasi organisasi dan manajemen adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan merupakan arti dari manajemen
2. Melalui manajemen semua kegiatan di koordinir dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
3. Administrasi merupakan suatu kegiatan pelayanan, termasuk di dalam kegiatan administrasi adalah kegiatan pengelolaan atau manajemen administrasi dapat dilaksanakan di dalam atau diluar organisasi (formal).
4. Organisasi (formal) merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan administrasi.
Adapun ciri-ciri dari organisasi adalah
- Adanya komponen ( atasan dan bawahan)
- Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
- Adanya tujuan
- Adanya sasaran
- Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
- Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas
Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
2.Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.”
3. Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan “organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
4. James D Mooney berpendapat bahwa “Organization is the form of every human, association for the assignment of common purpose” atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
5. Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
6. Paul Preston dan Thomas Zimmerer mengatakan bahwa “Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.” (Organization is a collection people, arranged into groups, working together to achieve some common objectives).
http://budakbangka.blogspot.com
Hal yang berbeda antara organisasi dan manajemen adalah organisasi sebagai alat atau wadah sekelompok orang dalam mencapai tujuan tertentu, sedangkan manajemen lebih mengarah kepada pengaturan atau pengelolaan untuk mencapai tujuan tersebut, adapun persamaan dari organisasi dan manajemen ialah sama-sama memiliki sasaran dan tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Hubungan Organisasi, Administrasi dan Manajemen
Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa sesungguhnya administrasi dan manajemen adalah sama, hanya saja istilah administrasi digunakan pada badan / organisasi pemerintah, sedangkan istilah manajemen dipergunakan untuk organisasi swasta. Administrator sama artinya dengan manajer, tetapi organisasi untuk pemerintah. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan istilah manajer untuk perusahaan swasta yaitu diantaranya manajer pemasaran, manajer pembelian dan lain-lain. Serta kepala bagian administrasi keuangan, kepala bagian administrasi kepegawaian dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara administrasi organisasi dan manajemen adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan merupakan arti dari manajemen
2. Melalui manajemen semua kegiatan di koordinir dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
3. Administrasi merupakan suatu kegiatan pelayanan, termasuk di dalam kegiatan administrasi adalah kegiatan pengelolaan atau manajemen administrasi dapat dilaksanakan di dalam atau diluar organisasi (formal).
4. Organisasi (formal) merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan administrasi.
Adapun ciri-ciri dari organisasi adalah
- Adanya komponen ( atasan dan bawahan)
- Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
- Adanya tujuan
- Adanya sasaran
- Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
- Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas
Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
LATIHAN KADER MUDA PAC IPNU IPPNU KECAMATAN TEMPURSARI
LATIHAN KADER MUDA
(LAKMUD)
A. Pengertian :
Lakmud adalah pelatihan yang menekankan pada pembentukan watak, motivasi pengembangan diri dan rasa memiliki organisasi dan keterampilan berorganisasi serta upaya pembentukan standard kader.
B. Tujuan
Umum : menciptakan kader IPNU yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, memiliki pengetahuan yang mendalam dan ketrampilan yang memadai dalam berorganisasi.
Khusus :
1. Memahami prinsip dan menumbuhkan sikap tanggungjawab terhadap terlaksana nya ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah secara utuh menurut NU yang dirujudkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
2. Memahami prinsip organisasi dan kepemimpinan.
3. Mempunyai kemampuan untuk memahami dan memecahkan masalah serta tehnik pengambilan keputusan yang tepat.
4. Mempunyai pengetahuan dasar dan sikap loyalitas yang tinggi terhadap cita-cita organisasi.
5. Memiliki perangkat metode analisis sosial dasar.
6. Memahami terhadap secara kritis problematika pendidikan di Indonesia
7. Memiliki sensitivitas gender
C. Target :
1. Menghasilkan kader-kader yang memiliki integritas kepribadian, berwawasan luas, kritis serta mampu mengembangkan organisasi
2. Menghasilkan kader yang militan, disiplin dan memiliki rasa kebersamaan yang tinggi
3. Terbentuknya kader yang mempunyai sensitivitas gender
D. Penyelenggara, peserta dan waktu :
1. Penyelenggara
LAKMUD diselenggarakan oleh PAC atau PK, atau diselenggarakan secara bersama oleh beberapa PAC. Jika PAC tidak mampu, maka LAKMUD boleh diselenggarakan oleh PC.
2. Peserta
Peserta adalah pernah mengikuti makesta dengan menunjukkan bukti sertifikat
Pernah mengikuti forum-forum follow up Makesta minimal 2 kali pertemuan
Peserta sebanyak-banyaknya adalah 40 orang
3. Waktu
Alokasi waktu penyelenggaraan 30 jam efektif (minimal 3 hari)
E. Jadwal Pelatihan
F. Alur Pelatihan
G. Petunjuk Pelaksanaan Latihan
1. Perkenalan
a. Pokok bahasan :
Perkenalan identitas peserta dan pelatih, seperti nama, alamat, status, hobbi dll.
b. Tujuan :
1. Tercapainya suasanan interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka diantara sesama peserta dan antara peserta dan Pelatih, sehingga memungkinkan berlangsungnnya kegiatan pelatihan yang partisipatif.
2. Tercapainya suasana yang membantu peserta untuk saling membuka diri dan saling memahami, sehingga mempermudah proses interaksi antara sesama peserta pada acara-acara berikutnya.
b. Metode :
Permainan kartu bergambar
c. Media :
1. Kertas manila
2. Pulpen
3. Kertas plano dan spidol
d. Waktu :
120 menit
e. Proses kegiatan :
1. Peserta duduk melingkar tanpa ada yang menghalangi.
2. Pelatih menerangkan maksud dari materi perkenalan ini, setelah itu membagikan kertas kepada setiap peserta.
3. Setiap peserta menggambarkan dirinya dalam bentuk apapun (sketsa, lukisan, kata-kata, dll) kedalam kertas itu, misalnya nama, tempat tinggal, pekerjaan, orang-orang disekitarnya, hobi dsb. Gambar tidak harus bagus yang penting kita dapat mengetahui sesuatu tentang orang yang menggambarkannya.
4. Setelah selesai, semua kertas dikumpulkan menjadi satu, masing-masing peserta mengambil satu kartu lalu dia harus menebak gambar itu milik siapa dan menceritakan apa yang dilihat dalam kartu tersebut.
5. yang merasa membuat kartu tersebut dipersilahkan kedepan untuk menambah keterangan gambarnya.
6. Peserta lain diharapkan mengajukan pertanyaan mengenai gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kartu peserta terbacakan.
7. Pelatih melalui pertanyaan-pertanyaan intensif merangsang tiap peserta uantuk bercerita mengenai dirinya sendiri.
8. Setelah selesai semua untuk perkenalan, pelatih menjelaskan arti permainan tadi kemudian menutup acara.
2. Pre-test
a. Pokok bahasan :
1. Pengetahuan tentang organisasi IPNU, NU (Aswaja) serta organisasi pelajar yang lain.
2. Pengalaman organisasi :
Pelatihan yang pernah diikuti
Organisasi yang pernah diikuti
3. Keinginan diri:
Tujuan dan harapan mengikuti Lakmud
Tujuan dan harapan menjadi anggota IPNU
b. Tujuan :
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar peserta tentang IPNU, NU serta organisasi pelajar yang lain.
2. Mengetahui keinginan dan harapan peserta dalam mengikuti pelatihan ini
c. Metode :
1. Angket
2. Brainstorming
d. Media:
1. Kertas manila (3 warna)
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu:
Alokasi waktu 60 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membagikan 3 kartu warna (merah, kuning, hijau) yang telah terisi dengan beberapa pertanyaan kepada setiap peserta.
2. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit untuk menyelesaikan jawaban dimasing-masing kartu.
3. Setelah semua selesai, Pelatih meminta kepada peserta untuk mengumpulkan semua jawaban kedepan sesuai dengan warna kartu.
4. Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu tersebut sesuai dengan kategorinya masing-masing.
5. Setelah teridentifikasi berdasarkan kategorinya, Pelatih memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi .
6. Kegiatan pada point 5 dan 6 dilakukan untuk 3 kertas warna ,dimasing-masing kertas warna yang sama.
7. Pelatih menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut setelah itu menutup acara.
3. Analisa Diri
a. Pokok bahasan :
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan dan kelebihan diri dan orang lain serta sadar akan perlunya keterbukaan.
b. Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang akhirnya menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
c. Metode :
1. Role play
2. Brainstorming
d. Media :
1. Kertas plano dan spidol
2. OHP
e. Waktu :
Alokasi waktu 120 menit
f. Proses Kegiatan
a. Pelatih menjelaskan sekilas tentang esensi materi analisa diri.
b. Selanjutnya pelatih membuka dengan cerita atau contoh kasus seorang yang mau mengenal diri sendiri dan tidak mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri sendiri terbuka untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini terkait dengan keinginan kita dalam berproses di suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya pelatih menanyakan kepada peserta apakah kita perlu mengenal diri kita sendiri
c. Selanjutnya pelatih mengajak peserta untuk melakukan analisa diri dengan menggunakan “spiral pertumbuhan”.
d. Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini pelatih menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai beberapa contoh kasus. Secara berurutan tahapan spiral pertumbuhan sebagai berikut:
1. Menggali dari peserta perasaan apa yang timbul waktu ditunjuk untuk ikut latihan atau ketika ia memasuki suatu peers group baru. Semua jawaban peserta ditampung kalau ada peserta yang menjawab ragu-ragu, khawatir, sedikit cemas dll. Pelatih menekankan bahwa perasaan tersebut biasa dialami oleh setiap orang pada saat akan memasuki suasana atau situasi baru. Selanjutnya pelatih menuliskan kolom di papan tulis atau menempelkan kartu yang sudah bertuliskan:
KECEMASAN
2. Didasari hakikat bahwa manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap orang memiliki rasa cinta dan dan ingin bergabung dalam peer groups atau sebuah organisasi sehingga hal tersebut merupakan keinginan berkarya dalam kelompok.
BERGABUNG DALAM KELOMPOK
BERKARYA DALAM KELOMPOK
Pelatih menjelaskan kepa da peserta bahwa kita sekarang telah tergabung dalam suatu peers group atau kelompok /organisasi dengan ikatan kecemasan.
Dalam kelompok/organisasi ini kita bercer min apa yang dikatakan orang lain tentang diri kita. Hal ini dapat me ngukur kemampuan dan kekurangan kita dengan melihat dan memban dingkan kepribadian orang lain di dalam ke lompok. Semua itu pada hakikatnya kita sedang mengenali diri kita sen diri.
Selain itu di dalam kelompok, kita per lu memberikan sum bangsih atau andil sesuai dengan Kapa sitas pribadinya ma sing-masing, mulai dari pendapat, gagas an, serta mobilitas personal. Hal itu se mua merupakan kar ya personal dalam berkarya dan ikut andil dalam kelompok/ organisasi.
3. Sikap dan tingkah laku yang ditampil kan dalam rangka berkarya tersebut ternyata hampir se mua orang dihadap kan terhadap dua pilihan terkait de-
ngan sikap berkarya dalam kelompok / organisasi. Maka pelatih menuliskan / menempelkan kartu yang bertuliskan
DITERIMA atau DITOLAK
4. Selanjutnya kita sebagai bagian dari kelompok yang ingin berkarya mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BEBAS PILIH
Kita sebagai individu dapat menentukan sikap bebas memilih. Apakah karena ditolak dan tidak senang itu kita melakukan BELA DIRI atau HADAP DIRI.
5. Kemungkinan pertama adalah hadap diri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
HADAP DIRI
Apabila pendapat atau karya kita dalam kelompok ditolak oleh kelompok kita bisa hadap diri. Dalam arti akan menghadapi segala penolakan tersebut dengan rendah hati dan diri terbuka yang dilanjutkan dengan melakukan perenungan mendalam terhadap sisi positif penolakan tersebut.
6. Proses selanjutnya setelah kita melakukan evaluasi terhadap sikap penolakan kelompok terkait dengan karya kita, maka kita akan memasuki tahap berikutnya yakni :
TAHU DIRI
Tahap ini kita telah menemukan jawaban komprehensif terhadap penolakan tersebut, sehingga kita akan tahu bahwa apa yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kelompok dan semua orang sehingga kita mengetahui posisi diri kita dalam persoalan ini.
7. Tahap berikutnya dari tahu diri, maka kita akan memasuki tahap terima diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
TERIMA DIRI
Terima diri bukan berarti kita menerima segala sesuatu tanpa kritisitas dan pemikiran, tapi menerima dalam batas-batas kemampuan diri, batas-batas kemungkinan yang ada pada keadaan tertentu. Dalam kasus pada karya yang ditolak, kita menerima kenyataan misalnya bahwa ketrampilan menyampaikan masih terbatas, atau ada pendapat (karya) yang lebih baik dari itu dan kita bisa belajar pada hal-hal yang lebih baik tersebut.
8. Dengan terima diri kita dapat mengakui kelamahan atau keterbatasan kita sendiri, serta sejauhmana kemampuan kita. Dengan segala keterbatasn tetap memberi andil untuk kelompok. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan
TANAM ANDIL
Karena dengan demikian berarti kita telah memberikan pegangan pada kelompok, agar masing-masing mengetahui apa dan siapa yang dihadapinya. Dengan mengenal betul siapa yang dihadapinya, kelompok tahu bagaimana menjalin kerjasama. Dan bila kita mengenal diri kita, kita tahu hal-hal apa yang perlu ditingkatkan.
Sumbangan yang kita berikan dengan segala keterbatasan itu pada hakikatnya adalah keterbukaan diri. Dan keterbukaan itu selalu mengandung resiko, apakah orang lain mendekati dan menerima apa adanya atau menjauh kita. Tetapi yang jelas sumbangan atau andil itu yang kita berikan selalu memperkaya kelompok dan diri kita. Sehingga dengan melakukan andil kita akan menghadapi kecemasan tadi. Dan beitu seterusnya sehingga pertumbuhan/perkembangan manusia merupakan spiral yag tidak berujung pangkal. Dengan hadap diri yang menjurus ke tahu diri dan terima diri pada hakikatnya adalah keterbukaan diri yang berarti :
Tahu kekuatan diri
Menyadari kelemahannya
Mau merubah kebiasaan yang kurang baik berarti pribadi berkembang.
Kemungkinan kedua
9. Bila pendapat kita ditolak oleh kelompok/peers group, seseorang dapat memilih kemungkinan kedua yaitu bela diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BELA DIRI
Ini berarti kita merasa dirinya benar dan beranggapan kesalahan ada pada orang lain.
10. Orang yang selalu bela diri pada dasarny adalah menipu diri sendiri. Maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TIPU DIRI
Karena pribadi tipu diri tidak pernah mawas diri, tidak pernah melihat dirinya sendiri, selalu melihat penyeab kesalahan ada di luar dirinya. Akibat tidak dapat/tidak mau melihat kelemahan-kelemahan pada dirinya.
11. Pada akhirnya pribadi seperti ini pada esensinya adalah menolak dirinya sendiri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TOLAK DIRI
Artinya tidak mau menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya tidak akan pernah puas denan dirinya sendiri.
12. Akibat pribadi-pribadi demikian akan lari dari kenyataan dan keadaan sebenarnya dan menjadi frustasi. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
L A R I
Pribadi-pribadi demikian kalaupun masih bergabung dalam kelompok, segala tindakannya akan cenderung merusak, bukan ke arah yang baik. Bela diri menjurus tipu diri dan tolak diri berarti
Dari sini pelatih bisa menanyakan kepada peserta mau pilih bagian yang mana ketika ia menghadapi permasalahan serupa. Pelatih menekankan bahwa setiap orang akan menghadapi kecemasan oleh karena itu peserta diminta untuk selalu mawas diri. Selanjutnya pelatih meminta kepada peserta untuk membuat daftar :
Membuat daftar kekuatan dan kelemahan dirinya, lalu direnungkan apakah kelemahan itu dapat diperbaiki,
Setelah peserta memiliki daftar tersebut, mereka diminta untuk berbicara berpasangan dengan temah sebelahnya. Dalam pembicaraan itu masing-masing mengemukakan isi daftar kekuatan dan kelemahan yang sudah dibuat.
Selanjutnya pelatih memberikan ulasan garis besar dari kegiatan ini diakhiri dengan penutup
4. Kontrak Belajar
a. Pokok bahasan
1. Garis besar dan pokok-pokok materi latihan
2. Kebutuhan serta harapan pribadi dan kelompok tentang pelatihan serta perangkat pelatihan
3. Jadwal tentatif dan tata tertib latihan
b. Tujuan
1. Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan terhadap materi latihan
2. Peserta dan pelatih menetapkan kesepatakan bersama tata cara pelaksanaan latihan
c. Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming
d. Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
Flep card
e. Waktu :
90 menit efektif
f. Proses kegiatan
1. Pelatih menjelaskan tentang tujuan dan target lakut secara singkat. Demi terlaksananya pelatihan yang partisipatif maka, partisipasi dan peran aktif seluruh peserta sangat dibutuhkan. Oleh karena itu kesepakatan pelatihan harus dibuat bersama-sama
2. Pelatih membagi kartu kepada seluruh peserta, kemudian peserta menuliskan harapan dan kebutuhan selama proses pelatihan.
3. Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu peserta sesuai dengan kategorinya dengan cara menempelkan kartu tersebut di papan.
4. Selanjutnya pelatih dan peserta membahas aturan main tentatif pelatihan
5. Pelatih menutup acara
5. Ke-IPNU-an
e. Pokok bahasan :
1. Tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran IPNU
2. Peristiwa-peristiwa dan keputusan penting dari kongres ke kongres
3. Kebijakan-kebijakan strategis IPNU kedepan
4. Posisi dan peran IPNU dalam konteks kepelajaran dan konteks kemasyarakatan.
b. Tujuan :
1. Mengetahui kelahiran IPNU secara sosiologis dan strategis
2. Mengetahui perjalanan IPNU dari kongres ke kongres dengan keputusan pentingnnya.
3. Memahami kebijakan strategis IPNU ke depan
c. Metode :
1. Ceramah
2. Dialog
3. Brainstorming
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
90 menit
f. Proses Kegiatan
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
6. Ke-NU-an
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian mabadi’ Khoiru ummah
2. Pengertian panca gerakan NU
3. Pengertian khittoh NU
4. Analisa NU dalam perkembangan/dinamika perjuangan
b. Tujuan :
1. Mengerti dan memahami mabadi’ khoiro ummah serta 5 gerakan NU
2. Mengerti dan memahami khittoh NU serta bagaimana menerapkannya.
c. Metode :
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Brainstorming
3. Diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas planodan spidol
e. Waktu :
90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6. Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup.
7. ASWAJA
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2. Pengertian Taqlid, Ittiba’, Ijtihad dan istinbath dalam NU.
3. Memahami karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
4. Pandangan aswaja terhadap jihad
b. Tujuan :
1. Memahami pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2. Memahami tentang taqlid, ittiba’, ijtihad dan istinbath dalam NU serta aplikasinya dalam kehidupan
c. Metode :
3. Ceramah dan tanya jawab
4. Brainstorming
5. diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6. Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup
7. Tradisi Perilaku Keagamaan NU
a. Pokok bahasan :
1. Tradisi NU, pengertian dan dasar hukumnya (tahlil, qunut, diba’iyah, ziarah ku
(LAKMUD)
A. Pengertian :
Lakmud adalah pelatihan yang menekankan pada pembentukan watak, motivasi pengembangan diri dan rasa memiliki organisasi dan keterampilan berorganisasi serta upaya pembentukan standard kader.
B. Tujuan
Umum : menciptakan kader IPNU yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, memiliki pengetahuan yang mendalam dan ketrampilan yang memadai dalam berorganisasi.
Khusus :
1. Memahami prinsip dan menumbuhkan sikap tanggungjawab terhadap terlaksana nya ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah secara utuh menurut NU yang dirujudkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
2. Memahami prinsip organisasi dan kepemimpinan.
3. Mempunyai kemampuan untuk memahami dan memecahkan masalah serta tehnik pengambilan keputusan yang tepat.
4. Mempunyai pengetahuan dasar dan sikap loyalitas yang tinggi terhadap cita-cita organisasi.
5. Memiliki perangkat metode analisis sosial dasar.
6. Memahami terhadap secara kritis problematika pendidikan di Indonesia
7. Memiliki sensitivitas gender
C. Target :
1. Menghasilkan kader-kader yang memiliki integritas kepribadian, berwawasan luas, kritis serta mampu mengembangkan organisasi
2. Menghasilkan kader yang militan, disiplin dan memiliki rasa kebersamaan yang tinggi
3. Terbentuknya kader yang mempunyai sensitivitas gender
D. Penyelenggara, peserta dan waktu :
1. Penyelenggara
LAKMUD diselenggarakan oleh PAC atau PK, atau diselenggarakan secara bersama oleh beberapa PAC. Jika PAC tidak mampu, maka LAKMUD boleh diselenggarakan oleh PC.
2. Peserta
Peserta adalah pernah mengikuti makesta dengan menunjukkan bukti sertifikat
Pernah mengikuti forum-forum follow up Makesta minimal 2 kali pertemuan
Peserta sebanyak-banyaknya adalah 40 orang
3. Waktu
Alokasi waktu penyelenggaraan 30 jam efektif (minimal 3 hari)
E. Jadwal Pelatihan
F. Alur Pelatihan
G. Petunjuk Pelaksanaan Latihan
1. Perkenalan
a. Pokok bahasan :
Perkenalan identitas peserta dan pelatih, seperti nama, alamat, status, hobbi dll.
b. Tujuan :
1. Tercapainya suasanan interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka diantara sesama peserta dan antara peserta dan Pelatih, sehingga memungkinkan berlangsungnnya kegiatan pelatihan yang partisipatif.
2. Tercapainya suasana yang membantu peserta untuk saling membuka diri dan saling memahami, sehingga mempermudah proses interaksi antara sesama peserta pada acara-acara berikutnya.
b. Metode :
Permainan kartu bergambar
c. Media :
1. Kertas manila
2. Pulpen
3. Kertas plano dan spidol
d. Waktu :
120 menit
e. Proses kegiatan :
1. Peserta duduk melingkar tanpa ada yang menghalangi.
2. Pelatih menerangkan maksud dari materi perkenalan ini, setelah itu membagikan kertas kepada setiap peserta.
3. Setiap peserta menggambarkan dirinya dalam bentuk apapun (sketsa, lukisan, kata-kata, dll) kedalam kertas itu, misalnya nama, tempat tinggal, pekerjaan, orang-orang disekitarnya, hobi dsb. Gambar tidak harus bagus yang penting kita dapat mengetahui sesuatu tentang orang yang menggambarkannya.
4. Setelah selesai, semua kertas dikumpulkan menjadi satu, masing-masing peserta mengambil satu kartu lalu dia harus menebak gambar itu milik siapa dan menceritakan apa yang dilihat dalam kartu tersebut.
5. yang merasa membuat kartu tersebut dipersilahkan kedepan untuk menambah keterangan gambarnya.
6. Peserta lain diharapkan mengajukan pertanyaan mengenai gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kartu peserta terbacakan.
7. Pelatih melalui pertanyaan-pertanyaan intensif merangsang tiap peserta uantuk bercerita mengenai dirinya sendiri.
8. Setelah selesai semua untuk perkenalan, pelatih menjelaskan arti permainan tadi kemudian menutup acara.
2. Pre-test
a. Pokok bahasan :
1. Pengetahuan tentang organisasi IPNU, NU (Aswaja) serta organisasi pelajar yang lain.
2. Pengalaman organisasi :
Pelatihan yang pernah diikuti
Organisasi yang pernah diikuti
3. Keinginan diri:
Tujuan dan harapan mengikuti Lakmud
Tujuan dan harapan menjadi anggota IPNU
b. Tujuan :
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar peserta tentang IPNU, NU serta organisasi pelajar yang lain.
2. Mengetahui keinginan dan harapan peserta dalam mengikuti pelatihan ini
c. Metode :
1. Angket
2. Brainstorming
d. Media:
1. Kertas manila (3 warna)
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu:
Alokasi waktu 60 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membagikan 3 kartu warna (merah, kuning, hijau) yang telah terisi dengan beberapa pertanyaan kepada setiap peserta.
2. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit untuk menyelesaikan jawaban dimasing-masing kartu.
3. Setelah semua selesai, Pelatih meminta kepada peserta untuk mengumpulkan semua jawaban kedepan sesuai dengan warna kartu.
4. Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu tersebut sesuai dengan kategorinya masing-masing.
5. Setelah teridentifikasi berdasarkan kategorinya, Pelatih memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi .
6. Kegiatan pada point 5 dan 6 dilakukan untuk 3 kertas warna ,dimasing-masing kertas warna yang sama.
7. Pelatih menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut setelah itu menutup acara.
3. Analisa Diri
a. Pokok bahasan :
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan dan kelebihan diri dan orang lain serta sadar akan perlunya keterbukaan.
b. Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang akhirnya menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
c. Metode :
1. Role play
2. Brainstorming
d. Media :
1. Kertas plano dan spidol
2. OHP
e. Waktu :
Alokasi waktu 120 menit
f. Proses Kegiatan
a. Pelatih menjelaskan sekilas tentang esensi materi analisa diri.
b. Selanjutnya pelatih membuka dengan cerita atau contoh kasus seorang yang mau mengenal diri sendiri dan tidak mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri sendiri terbuka untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini terkait dengan keinginan kita dalam berproses di suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya pelatih menanyakan kepada peserta apakah kita perlu mengenal diri kita sendiri
c. Selanjutnya pelatih mengajak peserta untuk melakukan analisa diri dengan menggunakan “spiral pertumbuhan”.
d. Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini pelatih menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai beberapa contoh kasus. Secara berurutan tahapan spiral pertumbuhan sebagai berikut:
1. Menggali dari peserta perasaan apa yang timbul waktu ditunjuk untuk ikut latihan atau ketika ia memasuki suatu peers group baru. Semua jawaban peserta ditampung kalau ada peserta yang menjawab ragu-ragu, khawatir, sedikit cemas dll. Pelatih menekankan bahwa perasaan tersebut biasa dialami oleh setiap orang pada saat akan memasuki suasana atau situasi baru. Selanjutnya pelatih menuliskan kolom di papan tulis atau menempelkan kartu yang sudah bertuliskan:
KECEMASAN
2. Didasari hakikat bahwa manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap orang memiliki rasa cinta dan dan ingin bergabung dalam peer groups atau sebuah organisasi sehingga hal tersebut merupakan keinginan berkarya dalam kelompok.
BERGABUNG DALAM KELOMPOK
BERKARYA DALAM KELOMPOK
Pelatih menjelaskan kepa da peserta bahwa kita sekarang telah tergabung dalam suatu peers group atau kelompok /organisasi dengan ikatan kecemasan.
Dalam kelompok/organisasi ini kita bercer min apa yang dikatakan orang lain tentang diri kita. Hal ini dapat me ngukur kemampuan dan kekurangan kita dengan melihat dan memban dingkan kepribadian orang lain di dalam ke lompok. Semua itu pada hakikatnya kita sedang mengenali diri kita sen diri.
Selain itu di dalam kelompok, kita per lu memberikan sum bangsih atau andil sesuai dengan Kapa sitas pribadinya ma sing-masing, mulai dari pendapat, gagas an, serta mobilitas personal. Hal itu se mua merupakan kar ya personal dalam berkarya dan ikut andil dalam kelompok/ organisasi.
3. Sikap dan tingkah laku yang ditampil kan dalam rangka berkarya tersebut ternyata hampir se mua orang dihadap kan terhadap dua pilihan terkait de-
ngan sikap berkarya dalam kelompok / organisasi. Maka pelatih menuliskan / menempelkan kartu yang bertuliskan
DITERIMA atau DITOLAK
4. Selanjutnya kita sebagai bagian dari kelompok yang ingin berkarya mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BEBAS PILIH
Kita sebagai individu dapat menentukan sikap bebas memilih. Apakah karena ditolak dan tidak senang itu kita melakukan BELA DIRI atau HADAP DIRI.
5. Kemungkinan pertama adalah hadap diri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
HADAP DIRI
Apabila pendapat atau karya kita dalam kelompok ditolak oleh kelompok kita bisa hadap diri. Dalam arti akan menghadapi segala penolakan tersebut dengan rendah hati dan diri terbuka yang dilanjutkan dengan melakukan perenungan mendalam terhadap sisi positif penolakan tersebut.
6. Proses selanjutnya setelah kita melakukan evaluasi terhadap sikap penolakan kelompok terkait dengan karya kita, maka kita akan memasuki tahap berikutnya yakni :
TAHU DIRI
Tahap ini kita telah menemukan jawaban komprehensif terhadap penolakan tersebut, sehingga kita akan tahu bahwa apa yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kelompok dan semua orang sehingga kita mengetahui posisi diri kita dalam persoalan ini.
7. Tahap berikutnya dari tahu diri, maka kita akan memasuki tahap terima diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
TERIMA DIRI
Terima diri bukan berarti kita menerima segala sesuatu tanpa kritisitas dan pemikiran, tapi menerima dalam batas-batas kemampuan diri, batas-batas kemungkinan yang ada pada keadaan tertentu. Dalam kasus pada karya yang ditolak, kita menerima kenyataan misalnya bahwa ketrampilan menyampaikan masih terbatas, atau ada pendapat (karya) yang lebih baik dari itu dan kita bisa belajar pada hal-hal yang lebih baik tersebut.
8. Dengan terima diri kita dapat mengakui kelamahan atau keterbatasan kita sendiri, serta sejauhmana kemampuan kita. Dengan segala keterbatasn tetap memberi andil untuk kelompok. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan
TANAM ANDIL
Karena dengan demikian berarti kita telah memberikan pegangan pada kelompok, agar masing-masing mengetahui apa dan siapa yang dihadapinya. Dengan mengenal betul siapa yang dihadapinya, kelompok tahu bagaimana menjalin kerjasama. Dan bila kita mengenal diri kita, kita tahu hal-hal apa yang perlu ditingkatkan.
Sumbangan yang kita berikan dengan segala keterbatasan itu pada hakikatnya adalah keterbukaan diri. Dan keterbukaan itu selalu mengandung resiko, apakah orang lain mendekati dan menerima apa adanya atau menjauh kita. Tetapi yang jelas sumbangan atau andil itu yang kita berikan selalu memperkaya kelompok dan diri kita. Sehingga dengan melakukan andil kita akan menghadapi kecemasan tadi. Dan beitu seterusnya sehingga pertumbuhan/perkembangan manusia merupakan spiral yag tidak berujung pangkal. Dengan hadap diri yang menjurus ke tahu diri dan terima diri pada hakikatnya adalah keterbukaan diri yang berarti :
Tahu kekuatan diri
Menyadari kelemahannya
Mau merubah kebiasaan yang kurang baik berarti pribadi berkembang.
Kemungkinan kedua
9. Bila pendapat kita ditolak oleh kelompok/peers group, seseorang dapat memilih kemungkinan kedua yaitu bela diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BELA DIRI
Ini berarti kita merasa dirinya benar dan beranggapan kesalahan ada pada orang lain.
10. Orang yang selalu bela diri pada dasarny adalah menipu diri sendiri. Maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TIPU DIRI
Karena pribadi tipu diri tidak pernah mawas diri, tidak pernah melihat dirinya sendiri, selalu melihat penyeab kesalahan ada di luar dirinya. Akibat tidak dapat/tidak mau melihat kelemahan-kelemahan pada dirinya.
11. Pada akhirnya pribadi seperti ini pada esensinya adalah menolak dirinya sendiri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TOLAK DIRI
Artinya tidak mau menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya tidak akan pernah puas denan dirinya sendiri.
12. Akibat pribadi-pribadi demikian akan lari dari kenyataan dan keadaan sebenarnya dan menjadi frustasi. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
L A R I
Pribadi-pribadi demikian kalaupun masih bergabung dalam kelompok, segala tindakannya akan cenderung merusak, bukan ke arah yang baik. Bela diri menjurus tipu diri dan tolak diri berarti
Dari sini pelatih bisa menanyakan kepada peserta mau pilih bagian yang mana ketika ia menghadapi permasalahan serupa. Pelatih menekankan bahwa setiap orang akan menghadapi kecemasan oleh karena itu peserta diminta untuk selalu mawas diri. Selanjutnya pelatih meminta kepada peserta untuk membuat daftar :
Membuat daftar kekuatan dan kelemahan dirinya, lalu direnungkan apakah kelemahan itu dapat diperbaiki,
Setelah peserta memiliki daftar tersebut, mereka diminta untuk berbicara berpasangan dengan temah sebelahnya. Dalam pembicaraan itu masing-masing mengemukakan isi daftar kekuatan dan kelemahan yang sudah dibuat.
Selanjutnya pelatih memberikan ulasan garis besar dari kegiatan ini diakhiri dengan penutup
4. Kontrak Belajar
a. Pokok bahasan
1. Garis besar dan pokok-pokok materi latihan
2. Kebutuhan serta harapan pribadi dan kelompok tentang pelatihan serta perangkat pelatihan
3. Jadwal tentatif dan tata tertib latihan
b. Tujuan
1. Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan terhadap materi latihan
2. Peserta dan pelatih menetapkan kesepatakan bersama tata cara pelaksanaan latihan
c. Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming
d. Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
Flep card
e. Waktu :
90 menit efektif
f. Proses kegiatan
1. Pelatih menjelaskan tentang tujuan dan target lakut secara singkat. Demi terlaksananya pelatihan yang partisipatif maka, partisipasi dan peran aktif seluruh peserta sangat dibutuhkan. Oleh karena itu kesepakatan pelatihan harus dibuat bersama-sama
2. Pelatih membagi kartu kepada seluruh peserta, kemudian peserta menuliskan harapan dan kebutuhan selama proses pelatihan.
3. Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu peserta sesuai dengan kategorinya dengan cara menempelkan kartu tersebut di papan.
4. Selanjutnya pelatih dan peserta membahas aturan main tentatif pelatihan
5. Pelatih menutup acara
5. Ke-IPNU-an
e. Pokok bahasan :
1. Tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran IPNU
2. Peristiwa-peristiwa dan keputusan penting dari kongres ke kongres
3. Kebijakan-kebijakan strategis IPNU kedepan
4. Posisi dan peran IPNU dalam konteks kepelajaran dan konteks kemasyarakatan.
b. Tujuan :
1. Mengetahui kelahiran IPNU secara sosiologis dan strategis
2. Mengetahui perjalanan IPNU dari kongres ke kongres dengan keputusan pentingnnya.
3. Memahami kebijakan strategis IPNU ke depan
c. Metode :
1. Ceramah
2. Dialog
3. Brainstorming
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
90 menit
f. Proses Kegiatan
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
6. Ke-NU-an
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian mabadi’ Khoiru ummah
2. Pengertian panca gerakan NU
3. Pengertian khittoh NU
4. Analisa NU dalam perkembangan/dinamika perjuangan
b. Tujuan :
1. Mengerti dan memahami mabadi’ khoiro ummah serta 5 gerakan NU
2. Mengerti dan memahami khittoh NU serta bagaimana menerapkannya.
c. Metode :
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Brainstorming
3. Diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas planodan spidol
e. Waktu :
90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6. Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup.
7. ASWAJA
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2. Pengertian Taqlid, Ittiba’, Ijtihad dan istinbath dalam NU.
3. Memahami karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
4. Pandangan aswaja terhadap jihad
b. Tujuan :
1. Memahami pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2. Memahami tentang taqlid, ittiba’, ijtihad dan istinbath dalam NU serta aplikasinya dalam kehidupan
c. Metode :
3. Ceramah dan tanya jawab
4. Brainstorming
5. diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6. Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup
7. Tradisi Perilaku Keagamaan NU
a. Pokok bahasan :
1. Tradisi NU, pengertian dan dasar hukumnya (tahlil, qunut, diba’iyah, ziarah ku
Minggu, 21 November 2010
gak jelas
mempunyai sebuah MISI YANG SAMA, keterarahan yang sama. Dan, misi itu adalah “Berjalan menuju Allah swt, Dakwah”. Nuansa ini harus menjadi karakter dari masing2 anggota keluarga, terutama, sang suami yang memang menjadi Imam bagi keluarga.
Jika dalam keluarga tidak ada keselarasan misi ini, maka, bisa dipastikan, Insya Allah tidak akan terjadi kebahagiaan dan keharmonisan dalam keluarga.
Misalnya, seorang suami yang pagi2 kerja dengan makanan sudah disiapkan oleh sang isteri dan pakaian bersih yang disiapkan oleh isteri (juga). Dirumah, sang isteri harus membersihkan rumah, mengurusi anak2, bahkah tidak sempat mengurus diri sendri. Suami pulang kerja dengan baju kotor, isteri harus mencucinya dan harus juga menyiapkan makanan buat suaminya. Jika tidak ada kesamaan misi yaitu “Ibadah”, maka sang isteri akan mengeluh, merasa menjadi pembantu dan baby sister.
Saudaraku, begitu juga jika mereka tidak mempunyai misi yang sama (sekali lagi, “Ibadah”), masing2 dari mereka hanya sibuk mengejar hak mereka masing2. Meraka masing2 merasa bahwa, “saya sudah melakukan semua kewajiban saya, tapi tidak pernah mendapat hak yang penuh.” Sang isteri mungkin akan bertanya, “apalagi yang kurang dari saya?” dan suami pun demikian.dan pertengkatan sering akan terjadi.
Saudaraku, seorang (calon) Isteri/suami..
Hanya dengan misi yang sama, “Ibadah”, kita akan menjadi keluarga yang bahagia, walaupun melelahkan. Misalnya, sang isteri sedang sibuk memasak, maka sang suami akan denagan sigap menjaga anak2nya, mungkin dengan mengajaknya bermain. Karena disitulah kenikmatan yang sesungguhnya, “Ibadah”, menuju satu titik yang sama, “Surga”.
Saudaraku,
Itulah kenapa, Rosulullah saw bersabda tentang hal ini,
“4 hal yang membuat orang bahagia, suami (isteri) yang sholih(ah), rumah yang luas, kendaraan yang nyaman, dan tetangga yang baik.”
Ya, hanya dengan pasangan hidup yang sholeh/ah, meraka akan mempunyai satu MISI yang sama, menpunyai satu perahu yang berlayar menuju Allah swt, menuju satu titik, Jannah, dan dalam nuansa Ibadah yang sudah melekat dalam perasaan2 mereka.
Dengan misi yang sama itu, kita akan dapat memahami pasangan kita, dan kita mampu mencintai pasangan kita.
Dan, kata ust Anis Matta, cinta tidak sembarang cinta seperti dalam lagu2 pop itu, tapi cinta yang hakiki mempunyai dua tingkatan, yang paling dasar itu adalah, kita membuka qalbu kita untuk menerima pasangan kita apa adanya, dengan semua kelebihannya dan dengan semua kekurangannya. Pada tingkatan kedua, kita selalu berorientasi untuk membuat pasangan kita (isteri/suami) untuk menjadi lebih baik. Maka, seorang suami(isteri) selalu berorientasi bagaimana memenuhi kebutuhan pasangannya..
Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita pasangan yang sholih/ah. Dan terimalah dia apa adanya,serta ajaklah menuji satu misi yang sama, “Ibadah, menuju Allah swt”
Dan, Semoga dalam setiap jari ini mengetik, berbuah kata, kalimat, serta artikel sederhana, tidak hanya menambah wawasan tetapi juga ketaqwaan kita pada-Nya.
Alhaqqu mirrobbika falaa takumminal mumtariin (kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang2 yang ragu)
Allahu ‘alam Bish-showab
Jika dalam keluarga tidak ada keselarasan misi ini, maka, bisa dipastikan, Insya Allah tidak akan terjadi kebahagiaan dan keharmonisan dalam keluarga.
Misalnya, seorang suami yang pagi2 kerja dengan makanan sudah disiapkan oleh sang isteri dan pakaian bersih yang disiapkan oleh isteri (juga). Dirumah, sang isteri harus membersihkan rumah, mengurusi anak2, bahkah tidak sempat mengurus diri sendri. Suami pulang kerja dengan baju kotor, isteri harus mencucinya dan harus juga menyiapkan makanan buat suaminya. Jika tidak ada kesamaan misi yaitu “Ibadah”, maka sang isteri akan mengeluh, merasa menjadi pembantu dan baby sister.
Saudaraku, begitu juga jika mereka tidak mempunyai misi yang sama (sekali lagi, “Ibadah”), masing2 dari mereka hanya sibuk mengejar hak mereka masing2. Meraka masing2 merasa bahwa, “saya sudah melakukan semua kewajiban saya, tapi tidak pernah mendapat hak yang penuh.” Sang isteri mungkin akan bertanya, “apalagi yang kurang dari saya?” dan suami pun demikian.dan pertengkatan sering akan terjadi.
Saudaraku, seorang (calon) Isteri/suami..
Hanya dengan misi yang sama, “Ibadah”, kita akan menjadi keluarga yang bahagia, walaupun melelahkan. Misalnya, sang isteri sedang sibuk memasak, maka sang suami akan denagan sigap menjaga anak2nya, mungkin dengan mengajaknya bermain. Karena disitulah kenikmatan yang sesungguhnya, “Ibadah”, menuju satu titik yang sama, “Surga”.
Saudaraku,
Itulah kenapa, Rosulullah saw bersabda tentang hal ini,
“4 hal yang membuat orang bahagia, suami (isteri) yang sholih(ah), rumah yang luas, kendaraan yang nyaman, dan tetangga yang baik.”
Ya, hanya dengan pasangan hidup yang sholeh/ah, meraka akan mempunyai satu MISI yang sama, menpunyai satu perahu yang berlayar menuju Allah swt, menuju satu titik, Jannah, dan dalam nuansa Ibadah yang sudah melekat dalam perasaan2 mereka.
Dengan misi yang sama itu, kita akan dapat memahami pasangan kita, dan kita mampu mencintai pasangan kita.
Dan, kata ust Anis Matta, cinta tidak sembarang cinta seperti dalam lagu2 pop itu, tapi cinta yang hakiki mempunyai dua tingkatan, yang paling dasar itu adalah, kita membuka qalbu kita untuk menerima pasangan kita apa adanya, dengan semua kelebihannya dan dengan semua kekurangannya. Pada tingkatan kedua, kita selalu berorientasi untuk membuat pasangan kita (isteri/suami) untuk menjadi lebih baik. Maka, seorang suami(isteri) selalu berorientasi bagaimana memenuhi kebutuhan pasangannya..
Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita pasangan yang sholih/ah. Dan terimalah dia apa adanya,serta ajaklah menuji satu misi yang sama, “Ibadah, menuju Allah swt”
Dan, Semoga dalam setiap jari ini mengetik, berbuah kata, kalimat, serta artikel sederhana, tidak hanya menambah wawasan tetapi juga ketaqwaan kita pada-Nya.
Alhaqqu mirrobbika falaa takumminal mumtariin (kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang2 yang ragu)
Allahu ‘alam Bish-showab
Sabtu, 20 November 2010
IPNU TEMPURSARI
IPNU - IPPNU
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat IPNU) adalah badan otonom Nahldlatul Ulama yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada segmen pelajar dan santri putra. IPNU didirikan di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H/ 24 Pebruari 1954, yaitu pada Konbes LP Ma’arif NU. Pendiri IPNU adalah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa (Solo), dan Abdul Ghony Farida (Semarang).
Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer yang terpilih dalam Konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April-1 Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri.
Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru, IPNU mengubah kepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Sejak saat itu, segmen garapan IPNU meluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003, IPNU kembali mengubah kepanjangannya menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertekad mengembalikan basisnya di sekolah dan pesantren.
Visi IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kini IPNU telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah di tingat provinsi dan 374 Pimpinan Cabang di tingkat kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2008, anggota IPNU telah mencapai lebih dari 2 juta pelajar santri yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
Lain IPNU,lain juga IPPNU yang merupakan wadah aspirasi remaja putri NU.
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akan diadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang dinamakan IPNU putri. Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi). Dari pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:
Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah mengalami pasang surut organisasi dan Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang keormasan khusus organisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnya tidak diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX di Jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”. Keinginan untuk kembali ke basis semula yakni pelajar demikian kuat, sehingga pada kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25 Maret tahun 2000 mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan penguatan wacana gender. Namun, pengembalian ke basis pelajar saja dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongres ke XIII IPPNU di Surabaya tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembali ke basis pelajar tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”. Dengan perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan pelajar putri dengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada kepentingan politik praktis yang bisa membelenggu gerak organisasi. | |
Langganan:
Komentar (Atom)