Kamis, 09 Desember 2010

manfaat berorganisasi

Benarkah berorganisasi di sekolah identik dengan penurunan prestasi dan konsentrasi belajar? Memang berorganisasi dapat bersifat adiktif. Namun, jika tidak pandai mengatur waktu, tugas-tugas lain bisa terbengkalai. Inilah salah satu sisi "negatif"-nya.

Melihat sisi "negatif" berorganisasi di sekolah, kita juga harus melihat sisi positifnya. Di luar semua itu berorganisasi di sekolah ternyata memiliki banyak nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam pengembangan pribadi.

Menambah pengalaman

Dengan menjadi anggota panitia suatu kegiatan, kita mendapat pengalaman berorganisasi. Bagaimana bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-individu majemuk, beraneka ragam latar belakang dan pola pikir. Ada yang berpikir cepat dan nyambung dengan pikiran kita, namun ada juga yang lemot dan enggak nyambung-nyambung.

Dengan kesibukan tambahan ini, mau tidak mau kita harus belajar strategi menyatukan visi, membagi kerja, dan menjalankan tugas. Istilah kerennya, job description masing-masing tugas harus jelas. Berbagai benturan yang mungkin terjadi saat menyatukan visi, tentu akan menjadi tambahan pengalaman tersendiri. Begitu pula saat pembagian kerja, kita menjadi terbiasa untuk bekerja secara team work, saling membahu, mendukung satu dengan lainnya.

Selain memperoleh pengalaman berorganisasi, kita juga mendapatkan pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang yang kita kerjakan. Misalnya, bila bertugas sebagai seksi publikasi, kita akan mendapat pengalaman bagaimana berhubungan dengan orang lain di luar kelompok sendiri, bagaimana mempromosikan kegiatan yang kita buat dan media yang akan digunakan.

Bergabung dengan kepanitiaan suatu kegiatan tentu membuat kita harus berinteraksi dengan banyak orang. Proses interaksi ini membuat kita menjadi kenal dan dikenal banyak orang. Dengan kata lain, melalui pergaulan yang luas, kita akan memiliki banyak teman.

Sikap mental

Kegiatan di luar sekolah juga membentuk sikap mental positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri. Setiap kerja pasti ada target waktu (deadline) yang harus dicapai. Dengan adanya job description kita harus bisa memimpin diri sendiri, menentukan skala prioritas dan disiplin dalam menjalankan rencana kerja agar selesai sebelum target waktu (deadline) yang ditentukan.

Selain kedisiplinan, ketekunan kita juga terasah. Tidak semua tugas yang menjadi tanggung jawab, mudah dilaksanakan. Kadangkala ada tugas yang membutuhkan ketekunan, seperti mewawancarai orang penting yang sulit ditemui. Bila tidak tekun tugas kita tidak terselesaikan.

Jabatan yang kita emban berhubungan dengan kepercayaan. Dalam melaksanakan tugas, kita diberi kepercayaan, bisa berupa wewenang atau materi. Kita dituntut bersikap jujur, tidak menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan. Hal ini membutuhkan keberanian untuk melawan keinginan negatif dan melatih kejujuran kita.

Dengan pengalaman yang kita dapatkan saat berorganisasi, secara sadar maupun tidak, tingkat kepercayaan diri kita juga meningkat. Kepercayaan diri yang tinggi ini amat berguna saat kita harus melangkah dan menentukan sesuatu. Bila kita percaya diri, maka kita akan lebih berani dalam menghadapi segala situasi.

Keuntungan tambahan

Di luar semua itu, ternyata masih ada keuntungan tambahan yang bisa kita dapatkan dari kegiatan berorganisasi di sekolah. Keuntungan tambahan itu adalah suvenir-suvenir yang dapat kita koleksi untuk dikenang di masa depan. Suvenir-suvenir itu dapat berupa kaus, kartu kepanitian, bandana, topi dan lain-lain. Benda - benda yang sekilas tidak berharga itu mungkin bisa menjadi berharga karena menyimpan kenangan yang tidak tergantikan.

Namun, pada akhirnya betapa pun positifnya berorganisasi di sekolah, kewajiban utama kita sebagai pelajar adalah belajar. Kemampuan berorganisasi hendaknya disertai dengan kemampuan mengatur waktu dengan baik, agar kita dapat mendapatkan semua manfaat berorganisasi tanpa mengorbankan prestasi.

cara berorganisasi

Manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Dia harus berinteraksi dengan orang lain. Mengapa demikian? Karena manusia itu makhluk sosial. Dia secara individual merupakan bagian dari orang lain. Maka, mau tidak mau kita sebagai manusia harus srawung dengan orang lain.

Salah satu cara berhubungan dengan orang lain adalah melalui organisasi. Melalui organisasi, kita mampu mengolah diri dengan benar, baik secara naluriah maupun fitrah.

Bukti telah banyak di depan mata. Orang-orang yang sukses sebagai pemimpin, pengusaha, atau status sosial yang mapan lainnya, pasti dulunya mereka pernah mengenyam pahit manisnya berorganisasi. Mereka banyak makan asam garam dalam organisasi itu. Sebut saja Gus Dur salah satunya.


Mengapa organisasi demikian penting bagi kita, terutama di zaman yang mendunia (global) saat ini? Itu tidak lain karena dalam berorganisasi kita akan terasah dan terlatih untuk hidup berjamaah dengan orang lain, baik suka maupun duka. Di suatu organisasi itulah tercampur secara alamiah berbagai perilaku dan sifat masing-masing anggota. Ada yang egois, namun ada pula yang sosial. Ada yang pendiam, tapi ada pula yang cerewetnya minta ampun.

Nah, dalam kebersamaan di organisasi itulah, akan terbentuk secara alami manusia yang sempurna dalam arti psikologis. Yakni, manusia yang mampu kapan saatnya menempatkan posisi dirinya sebagai individu dan kapan pula dia harus lebih mementingkan kepentingan organisasi demi kepentingan bersama pula.

Untuk mencapai nikmatnya manfaat berorganisasi itu memang butuh proses yang panjang dan lama. Tidak bisa kita hanya berorganisasi dalam beberapa bulan lalu menuntut kematangan pribadi seperti yang diuraikan tersebut.

Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara-cara berorganisasi yang baik. Berikut beberapa cirinya. Pertama, organisasi harus memiliki anggota yang jelas identitas dan kuantitasnya. Untuk saat ini, setiap organisasi yang modern pasti menuntut para anggotanya memiliki KTA (kartu tanda anggota). Maka, tidak dibenarkan istilah ”Romli” atau “rombongan liar” yang merupakan kumpulan dari ”Talap” alias “anggota gelap” dari sebuah ”OTB” singkatan dari “organisasi tanpa bentuk”.

Kedua, organisasi harus memiliki pula identitas yang jelas tentang keberadaannya dalam masyarakat. Artinya, jelas di mana alamat kantornya. Tampak pula aktivitas sehari-hari kantor tersebut dalam menjalankan roda organisasi. Ada pula nama, lambang, dan tujuan organisasi yang termuat dalam AD (anggaran dasar) dan ART (anggaran rumah tangga).

Demikian pula struktur organisasinya. Masih banyak lagi yang bisa membuktikan keberadaan organisasi itu di mata masyarakat. Jika identitas tak jelas, maka jangan salahkan masyarakat bila menaruh curiga terhadap organisasi itu.

Ketiga, organisasi harus memiliki pemimpin serta susunan manajemen yang juga jelas pembagian tugasnya. Masing-masing bagian, divisi, maupun seksi juga aktif memainkan perannya. Jadi, sangat ganjil dan dipastikan ”sakit parah” jika organisasi itu yang tampak paling aktif adalah ketuanya sehingga tampak seperti pertunjukan sirkus one man show dalam manajemen organisasi itu.

Keempat, dalam setiap aktivitas organisasi harus mengacu pada manajemen yang sehat. Misalnya, ada tiga tahapan dalam menjalankan roda organisasi, yaitu planning (peren-canaan), action (pelaksanaan), dan evaluation (penilaian). Ketiga tahapan itu selalu dimusyawarahkan dan melibatkan sebanyak mungkin anggotanya, terutama saat melewati tahap action.

Dalam manajemen itu, yang juga harus mendapat perhatian serius adalah administrasi. Surat bernomor, kop surat, dan ciri-ciri administrasi lainnya yang lazim ada di sebuah organisasi.

Kelima, organisasi harus mendapat tempat di hati masyarakat sekitarnya. Artinya, organisasi itu dirasakan benar manfaatnya bagi masyarakat. Maka, kegiatan organisasi dituntut untuk mengakar kepada kebutuhan anggota khususnya, bahkan untuk masyarakat di sekelilingnya.

Jika kelima syarat organisasi sehat itu sudah ada, maka janganlah ragu untuk berkiprah di organisasi itu. Ikutlah secara aktif di dalam organisasi itu apa pun peran atau tugas yang diberikan ketua atau atasan langsung Anda. Ingatlah, sekecil apa pun peranan Anda di suatu organisasi dan Anda berhasil menjalankan amanat itu, berarti Anda memiliki andil dalam menghidupkan organisasi tersebut. Anda harus bangga bahwa ternyata Anda masih bermanfaat bagi organisasi. Itu juga berarti Anda bermanfaat bagi orang lain yang ada di organisasi. Kalau Anda sukses menjalankan tugas yang kecil tadi, pasti pemimpin Anda akan memberikan amanat yang makin besar dari waktu ke waktu. Bahkan, bukan suatu hal yang mustahil jika nanti Anda sendirilah yang memimpin organisasi itu. Modal pengalaman memimpin organisasi tadi pasti akan bermanfaat bagi Anda dalam terjun di organisasi kemasyarakatan yang lebih besar. Percayalah!

Akhirnya, selamat berhikmat dalam organisasi. Semoga Anda menuai manfaat dari hikmat berorganisasi itu kelak bila hidup di tengah-tengah masyarakat, baik lingkup desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, negara, bahkan tingkat dunia. Amin...

puisi

Ibu!
Kelunak lembutanmu yang bersih
Merupakan rahmat bagi kami.
Kamu,
Merupakan kekuatan
Dan benteng agama.
Wahai,
Orang yang menghentikan
Penyusuan,
Anak dalam kalangan kami
Berdasarkan tauhid,
Kasih sayangmu memberi nilai
Kemampuan kami, memberi warna
Amal dan fikiran kami.
Wahai, pemangku amanah
Berdasarkan syair nyata,
Di dalam nafasmu
Terletak kehidupan agama
Berhati-hatilah melalui zaman,
Bimbing eratlah anak-anakmu.
Sajak Segalanya Padamu Ibunda~ Dharmawijaya
Masa silam yang terpendam
di suram matamu
merantai badai beban waktu
kutahu
kau masih berupaya
meniduri hamparan duka.
Masa kini yang terukir
di senyum ramahmu
mendepani gementar siang gelisah malam
kutahu
kau adalah ladang segala kesabaran
tegak teguh merimbuni pohon ketabahan.
Masa depan yang terpancar
di nyala dadamu
kutahu
kau tak rela daun-daun harapan
gugur luruh menampar genggaman.

puisi ibu

Ibu...
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa

Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam

Ibu...
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian

Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu

Ibu..., I LOVE YOU SO MUCH
juga kepada Ayah...!!!

Latihan Kader Muda

LATIHAN KADER MUDA
(LAKMUD)
A. Pengertian :
Lakmud adalah pelatihan yang menekankan pada pembentukan watak, motivasi pengembangan diri dan rasa memiliki organisasi dan keterampilan berorganisasi serta upaya pembentukan standard kader.
B. Tujuan
Umum : menciptakan kader IPNU yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, memiliki pengetahuan yang mendalam dan ketrampilan yang memadai dalam berorganisasi.
Khusus :
1. Memahami prinsip dan menumbuhkan sikap tanggungjawab terhadap terlaksana nya ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah secara utuh menurut NU yang dirujudkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
2. Memahami prinsip organisasi dan kepemimpinan.
3. Mempunyai kemampuan untuk memahami dan memecahkan masalah serta tehnik pengambilan keputusan yang tepat.
4. Mempunyai pengetahuan dasar dan sikap loyalitas yang tinggi terhadap cita-cita organisasi.
5. Memiliki perangkat metode analisis sosial dasar.
6. Memahami terhadap secara kritis problematika pendidikan di Indonesia
7. Memiliki sensitivitas gender
C. Target :
1. Menghasilkan kader-kader yang memiliki integritas kepribadian, berwawasan luas, kritis serta mampu mengembangkan organisasi
2. Menghasilkan kader yang militan, disiplin dan memiliki rasa kebersamaan yang tinggi
3. Terbentuknya kader yang mempunyai sensitivitas gender
D. Penyelenggara, peserta dan waktu :
1. Penyelenggara
LAKMUD diselenggarakan oleh PAC atau PK, atau diselenggarakan secara bersama oleh beberapa PAC. Jika PAC tidak mampu, maka LAKMUD boleh diselenggarakan oleh PC.
2. Peserta
 Peserta adalah pernah mengikuti makesta dengan menunjukkan bukti sertifikat
 Pernah mengikuti forum-forum follow up Makesta minimal 2 kali pertemuan
 Peserta sebanyak-banyaknya adalah 40 orang
3. Waktu
Alokasi waktu penyelenggaraan 30 jam efektif (minimal 3 hari)
E. Jadwal Pelatihan
F. Alur Pelatihan
G. Petunjuk Pelaksanaan Latihan
1. Perkenalan
a. Pokok bahasan :
Perkenalan identitas peserta dan pelatih, seperti nama, alamat, status, hobbi dll.
b. Tujuan :
1. Tercapainya suasanan interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka diantara sesama peserta dan antara peserta dan Pelatih, sehingga memungkinkan berlangsungnnya kegiatan pelatihan yang partisipatif.
2. Tercapainya suasana yang membantu peserta untuk saling membuka diri dan saling memahami, sehingga mempermudah proses interaksi antara sesama peserta pada acara-acara berikutnya.
b. Metode :
Permainan kartu bergambar
c. Media :
1. Kertas manila
2. Pulpen
3. Kertas plano dan spidol
d. Waktu :
120 menit
e. Proses kegiatan :
1. Peserta duduk melingkar tanpa ada yang menghalangi.
2. Pelatih menerangkan maksud dari materi perkenalan ini, setelah itu membagikan kertas kepada setiap peserta.
3. Setiap peserta menggambarkan dirinya dalam bentuk apapun (sketsa, lukisan, kata-kata, dll) kedalam kertas itu, misalnya nama, tempat tinggal, pekerjaan, orang-orang disekitarnya, hobi dsb. Gambar tidak harus bagus yang penting kita dapat mengetahui sesuatu tentang orang yang menggambarkannya.
4. Setelah selesai, semua kertas dikumpulkan menjadi satu, masing-masing peserta mengambil satu kartu lalu dia harus menebak gambar itu milik siapa dan menceritakan apa yang dilihat dalam kartu tersebut.
5. yang merasa membuat kartu tersebut dipersilahkan kedepan untuk menambah keterangan gambarnya.
6. Peserta lain diharapkan mengajukan pertanyaan mengenai gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kartu peserta terbacakan.
7. Pelatih melalui pertanyaan-pertanyaan intensif merangsang tiap peserta uantuk bercerita mengenai dirinya sendiri.
8. Setelah selesai semua untuk perkenalan, pelatih menjelaskan arti permainan tadi kemudian menutup acara.
2. Pre-test
a. Pokok bahasan :
1. Pengetahuan tentang organisasi IPNU, NU (Aswaja) serta organisasi pelajar yang lain.
2. Pengalaman organisasi :
 Pelatihan yang pernah diikuti
 Organisasi yang pernah diikuti
3. Keinginan diri:
 Tujuan dan harapan mengikuti Lakmud
 Tujuan dan harapan menjadi anggota IPNU
b. Tujuan :
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar peserta tentang IPNU, NU serta organisasi pelajar yang lain.
2. Mengetahui keinginan dan harapan peserta dalam mengikuti pelatihan ini
c. Metode :
1. Angket
2. Brainstorming
d. Media:
1. Kertas manila (3 warna)
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu:
Alokasi waktu 60 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membagikan 3 kartu warna (merah, kuning, hijau) yang telah terisi dengan beberapa pertanyaan kepada setiap peserta.
2. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit untuk menyelesaikan jawaban dimasing-masing kartu.
3. Setelah semua selesai, Pelatih meminta kepada peserta untuk mengumpulkan semua jawaban kedepan sesuai dengan warna kartu.
4. Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu tersebut sesuai dengan kategorinya masing-masing.
5. Setelah teridentifikasi berdasarkan kategorinya, Pelatih memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi .
6. Kegiatan pada point 5 dan 6 dilakukan untuk 3 kertas warna ,dimasing-masing kertas warna yang sama.
7. Pelatih menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut setelah itu menutup acara.
3. Analisa Diri
a. Pokok bahasan :
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan dan kelebihan diri dan orang lain serta sadar akan perlunya keterbukaan.
b. Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang akhirnya menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
c. Metode :
1. Role play
2. Brainstorming
d. Media :
1. Kertas plano dan spidol
2. OHP
e. Waktu :
Alokasi waktu 120 menit
f. Proses Kegiatan
a. Pelatih menjelaskan sekilas tentang esensi materi analisa diri.
b. Selanjutnya pelatih membuka dengan cerita atau contoh kasus seorang yang mau mengenal diri sendiri dan tidak mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri sendiri terbuka untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini terkait dengan keinginan kita dalam berproses di suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya pelatih menanyakan kepada peserta apakah kita perlu mengenal diri kita sendiri
c. Selanjutnya pelatih mengajak peserta untuk melakukan analisa diri dengan menggunakan “spiral pertumbuhan”.
d. Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini pelatih menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai beberapa contoh kasus. Secara berurutan tahapan spiral pertumbuhan sebagai berikut:
1. Menggali dari peserta perasaan apa yang timbul waktu ditunjuk untuk ikut latihan atau ketika ia memasuki suatu peers group baru. Semua jawaban peserta ditampung kalau ada peserta yang menjawab ragu-ragu, khawatir, sedikit cemas dll. Pelatih menekankan bahwa perasaan tersebut biasa dialami oleh setiap orang pada saat akan memasuki suasana atau situasi baru. Selanjutnya pelatih menuliskan kolom di papan tulis atau menempelkan kartu yang sudah bertuliskan:
KECEMASAN
2. Didasari hakikat bahwa manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap orang memiliki rasa cinta dan dan ingin bergabung dalam peer groups atau sebuah organisasi sehingga hal tersebut merupakan keinginan berkarya dalam kelompok.
BERGABUNG DALAM KELOMPOK
BERKARYA DALAM KELOMPOK
Pelatih menjelaskan kepa da peserta bahwa kita sekarang telah tergabung dalam suatu peers group atau kelompok /organisasi dengan ikatan kecemasan.
Dalam kelompok/organisasi ini kita bercer min apa yang dikatakan orang lain tentang diri kita. Hal ini dapat me ngukur kemampuan dan kekurangan kita dengan melihat dan memban dingkan kepribadian orang lain di dalam ke lompok. Semua itu pada hakikatnya kita sedang mengenali diri kita sen diri.
Selain itu di dalam kelompok, kita per lu memberikan sum bangsih atau andil sesuai dengan Kapa sitas pribadinya ma sing-masing, mulai dari pendapat, gagas an, serta mobilitas personal. Hal itu se mua merupakan kar ya personal dalam berkarya dan ikut andil dalam kelompok/ organisasi.
3. Sikap dan tingkah laku yang ditampil kan dalam rangka berkarya tersebut ternyata hampir se mua orang dihadap kan terhadap dua pilihan terkait de-
ngan sikap berkarya dalam kelompok / organisasi. Maka pelatih menuliskan / menempelkan kartu yang bertuliskan
DITERIMA atau DITOLAK
4. Selanjutnya kita sebagai bagian dari kelompok yang ingin berkarya mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BEBAS PILIH
Kita sebagai individu dapat menentukan sikap bebas memilih. Apakah karena ditolak dan tidak senang itu kita melakukan BELA DIRI atau HADAP DIRI.
5. Kemungkinan pertama adalah hadap diri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
HADAP DIRI
Apabila pendapat atau karya kita dalam kelompok ditolak oleh kelompok kita bisa hadap diri. Dalam arti akan menghadapi segala penolakan tersebut dengan rendah hati dan diri terbuka yang dilanjutkan dengan melakukan perenungan mendalam terhadap sisi positif penolakan tersebut.
6. Proses selanjutnya setelah kita melakukan evaluasi terhadap sikap penolakan kelompok terkait dengan karya kita, maka kita akan memasuki tahap berikutnya yakni :
TAHU DIRI
Tahap ini kita telah menemukan jawaban komprehensif terhadap penolakan tersebut, sehingga kita akan tahu bahwa apa yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kelompok dan semua orang sehingga kita mengetahui posisi diri kita dalam persoalan ini.
7. Tahap berikutnya dari tahu diri, maka kita akan memasuki tahap terima diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
TERIMA DIRI
Terima diri bukan berarti kita menerima segala sesuatu tanpa kritisitas dan pemikiran, tapi menerima dalam batas-batas kemampuan diri, batas-batas kemungkinan yang ada pada keadaan tertentu. Dalam kasus pada karya yang ditolak, kita menerima kenyataan misalnya bahwa ketrampilan menyampaikan masih terbatas, atau ada pendapat (karya) yang lebih baik dari itu dan kita bisa belajar pada hal-hal yang lebih baik tersebut.
8. Dengan terima diri kita dapat mengakui kelamahan atau keterbatasan kita sendiri, serta sejauhmana kemampuan kita. Dengan segala keterbatasn tetap memberi andil untuk kelompok. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan
TANAM ANDIL
Karena dengan demikian berarti kita telah memberikan pegangan pada kelompok, agar masing-masing mengetahui apa dan siapa yang dihadapinya. Dengan mengenal betul siapa yang dihadapinya, kelompok tahu bagaimana menjalin kerjasama. Dan bila kita mengenal diri kita, kita tahu hal-hal apa yang perlu ditingkatkan.
Sumbangan yang kita berikan dengan segala keterbatasan itu pada hakikatnya adalah keterbukaan diri. Dan keterbukaan itu selalu mengandung resiko, apakah orang lain mendekati dan menerima apa adanya atau menjauh kita. Tetapi yang jelas sumbangan atau andil itu yang kita berikan selalu memperkaya kelompok dan diri kita. Sehingga dengan melakukan andil kita akan menghadapi kecemasan tadi. Dan beitu seterusnya sehingga pertumbuhan/perkembangan manusia merupakan spiral yag tidak berujung pangkal. Dengan hadap diri yang menjurus ke tahu diri dan terima diri pada hakikatnya adalah keterbukaan diri yang berarti :
 Tahu kekuatan diri
 Menyadari kelemahannya
 Mau merubah kebiasaan yang kurang baik berarti pribadi berkembang.
Kemungkinan kedua
9. Bila pendapat kita ditolak oleh kelompok/peers group, seseorang dapat memilih kemungkinan kedua yaitu bela diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BELA DIRI
Ini berarti kita merasa dirinya benar dan beranggapan kesalahan ada pada orang lain.
10. Orang yang selalu bela diri pada dasarny adalah menipu diri sendiri. Maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TIPU DIRI
Karena pribadi tipu diri tidak pernah mawas diri, tidak pernah melihat dirinya sendiri, selalu melihat penyeab kesalahan ada di luar dirinya. Akibat tidak dapat/tidak mau melihat kelemahan-kelemahan pada dirinya.
11. Pada akhirnya pribadi seperti ini pada esensinya adalah menolak dirinya sendiri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TOLAK DIRI
Artinya tidak mau menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya tidak akan pernah puas denan dirinya sendiri.
12. Akibat pribadi-pribadi demikian akan lari dari kenyataan dan keadaan sebenarnya dan menjadi frustasi. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
L A R I
Pribadi-pribadi demikian kalaupun masih bergabung dalam kelompok, segala tindakannya akan cenderung merusak, bukan ke arah yang baik. Bela diri menjurus tipu diri dan tolak diri berarti
Dari sini pelatih bisa menanyakan kepada peserta mau pilih bagian yang mana ketika ia menghadapi permasalahan serupa. Pelatih menekankan bahwa setiap orang akan menghadapi kecemasan oleh karena itu peserta diminta untuk selalu mawas diri. Selanjutnya pelatih meminta kepada peserta untuk membuat daftar :
 Membuat daftar kekuatan dan kelemahan dirinya, lalu direnungkan apakah kelemahan itu dapat diperbaiki,
 Setelah peserta memiliki daftar tersebut, mereka diminta untuk berbicara berpasangan dengan temah sebelahnya. Dalam pembicaraan itu masing-masing mengemukakan isi daftar kekuatan dan kelemahan yang sudah dibuat.
Selanjutnya pelatih memberikan ulasan garis besar dari kegiatan ini diakhiri dengan penutup
4. Kontrak Belajar
a. Pokok bahasan
1. Garis besar dan pokok-pokok materi latihan
2. Kebutuhan serta harapan pribadi dan kelompok tentang pelatihan serta perangkat pelatihan
3. Jadwal tentatif dan tata tertib latihan
b. Tujuan
1. Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan terhadap materi latihan
2. Peserta dan pelatih menetapkan kesepatakan bersama tata cara pelaksanaan latihan
c. Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming
d. Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
Flep card
e. Waktu :
90 menit efektif
f. Proses kegiatan
1. Pelatih menjelaskan tentang tujuan dan target lakut secara singkat. Demi terlaksananya pelatihan yang partisipatif maka, partisipasi dan peran aktif seluruh peserta sangat dibutuhkan. Oleh karena itu kesepakatan pelatihan harus dibuat bersama-sama
2. Pelatih membagi kartu kepada seluruh peserta, kemudian peserta menuliskan harapan dan kebutuhan selama proses pelatihan.
3. Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu peserta sesuai dengan kategorinya dengan cara menempelkan kartu tersebut di papan.
4. Selanjutnya pelatih dan peserta membahas aturan main tentatif pelatihan
5. Pelatih menutup acara
5. Ke-IPNU-an
e. Pokok bahasan :
1. Tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran IPNU
2. Peristiwa-peristiwa dan keputusan penting dari kongres ke kongres
3. Kebijakan-kebijakan strategis IPNU kedepan
4. Posisi dan peran IPNU dalam konteks kepelajaran dan konteks kemasyarakatan.
b. Tujuan :
1. Mengetahui kelahiran IPNU secara sosiologis dan strategis
2. Mengetahui perjalanan IPNU dari kongres ke kongres dengan keputusan pentingnnya.
3. Memahami kebijakan strategis IPNU ke depan
c. Metode :
1. Ceramah
2. Dialog
3. Brainstorming
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
90 menit
f. Proses Kegiatan
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
6. Ke-NU-an
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian mabadi’ Khoiru ummah
2. Pengertian panca gerakan NU
3. Pengertian khittoh NU
4. Analisa NU dalam perkembangan/dinamika perjuangan
b. Tujuan :
1. Mengerti dan memahami mabadi’ khoiro ummah serta 5 gerakan NU
2. Mengerti dan memahami khittoh NU serta bagaimana menerapkannya.
c. Metode :
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Brainstorming
3. Diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas planodan spidol
e. Waktu :
90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6. Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup.
7. ASWAJA
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2. Pengertian Taqlid, Ittiba’, Ijtihad dan istinbath dalam NU.
3. Memahami karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
4. Pandangan aswaja terhadap jihad
b. Tujuan :
1. Memahami pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2. Memahami tentang taqlid, ittiba’, ijtihad dan istinbath dalam NU serta aplikasinya dalam kehidupan
c. Metode :
3. Ceramah dan tanya jawab
4. Brainstorming
5. diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6. Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup
7. Tradisi Perilaku Keagamaan NU
a. Pokok bahasan :
1. Tradisi NU, pengertian dan dasar hukumnya (tahlil, qunut, diba’iyah, ziarah kubur, haul, tarawih 20 rakaat, adzan 2 dlm jumat, talqin dll)
2. Fadzilah dan penerapannya
3. Khilafiyahnya
b. Tujuan :
Mengerti dan memahami tradisi NU serta dasar hukumnya berikut fadzilah dan penerapannya
c. Metode :
1. Ceramah
2. Dialog
d. Media :
1. OHP
2. Kertas planodan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup
8. Manajemen Konflik
a. Pokok bahasan
1. Pengertian manajemen konflik
2. Macam/model- model konflik
3. Tahap-tahap penyelesaian konflik
b. Tujuan :
Mengerti dan memahami pengertian konflik, manajemen konflik dan bagaimana menyelesaikannya.
c. Metode :
2. Brainstorming
3. Study kasus
4. Ceramah
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
a. Waktu
Alokasi waktu 90 menit
b. Proses Kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam beberapa kelompok
2. Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
3. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan kasus yang diberikan.
4. Setelah semua selesai, pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
6. Pelatih memandu dialog.
7. Pelatih menutup sessi.
9. Manajemen Organisasi
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian, fungsi dan manfaat manajemen
2. Manajemen organisasi non profit
3. Manajemen kepanitiaan
b. Tujuan :
1. Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk-bentuk manajemen
2. Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat
c. Metode :
1. Brainstorming
2. Diskusi
3. Ceramah dan dialog
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
10. Komunikasi
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian dan tujuan komunikasi
2. Unsur-unsur komunikasi
3. Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif
4. Komunikasi verbal dan non verbal
5. Etika komunikasi
b. Tujuan :
1. Mengerti dan memahami tujuan serta komponen-komponen komunikasi
2. Mengetahui dan bisa menerapkan bagaimana komunikasi yang baik dan produktif.
c. Metode :
1. Ceramah
2. Brainstorming
3. Diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu
Waktu 90 menit
f. Proses Kegiatan
1. Pelatih menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4. Pelatih menutup acara.
11. Kepemimpinan
a. Pokok bahasan :
1. Macam-macam leadership
2. Teori munculnya pemimpin di masyarakat
3. Pola kepemimpinan efektif
4. Tipologi kepemimpinan
b. Tujuan :
1. Peserta memahami karakteristik sosok dan citra diri seorang pemimpin
2. Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab seorang pemimpin
c. Metode :
1. Permainan
2. Penugasan
3. Diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses Kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian membagi peserta dalam 4 kelompok
2. Masing masing kelompok memerankan seorang pemimpin yang otoriter, demokratis, liberal, laizezfaire
3. Setelah semua selesai, pelatih melontarkan beberapa pertanyaan mengenai materi pokok bahasan yang berhubungan dengan tugas yang telah diperankan
4. Pelatih memaparkan hasil dari tanya jawab, permainan peran dan materi pokok bahasan.
5. Pelatih menutup acara
12. Scientific Problem Solving (SPS)
a. Pokok bahasan:
1. Pengertian dan fungsi SPS
2. Pengertian masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah
3. Konsep dasar pengambilan keputusan
4. Praktek studi kasus
b. Tujuan:
1. Memahami pengertian dan fungsi SPS
2. Memahami apa itu masalah, cara menganalisa serta bagaimana langkah-langkah pemecahannya.
3. Memahami konsep dasar pengambilan keputusan.
c. Metode:
1. Study kasus
2. Curah pendapat
3. Ceramah
d. Media :
Kertas plano, spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam 2 kelompok besar
2. Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
3. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan kasus yang diberikan.
4. Setelah semua selesai, Pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
6. Pelatih memberi kesempatan beberapa pertanyaan.
7. Pelatih menutup acara.
13. Kerjasama
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian dan tujuan kerjasama
2. Bentuk-bentuk kerjasama
3. Etika kerjasama
b. Tujuan :
1. Memahami pengertian dan tujuan kerjasama
2. Memahami bentuk-bentuk kerjasama serta etika kerjasama
c. Metode :
1. Permainan
2. Dinamika kelompok
3. Brainstorming
4. Diskusi
5. Simulasi
d. Media :
1. Kertas double folio
2. Lem
3. kertas plano
4. spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian menerangkan prosesi permainan
2. Pelatih membagi kelompok
3. Setiap kelompok mendapat kertas double folio sebanyak jumlah peserta dalam kelompok itu.
4. Dalam waktu 15 menit bahan yang telah diberikan harus dibentuk sesuai dengan keinginan kelompok
5. Ketentuannya produk itu harus setinggi mungkin dan tidak boleh mempergunakan peralatan lain selain yang diberikan.
6. Ketentuan berikutnya selama bekerja tidak ada yang boleh bicara tapi dapat berkomunikasi dengan gerak-gerik atau bahasa isyarat, mimik dan bunyi-bunyian.
7. Amati cara kerja kelompok
8. Pelatih mempersilahkan memulai kerja selama 15 menit
9. Setelah 15 menit selesai, semua harus berhenti dan masing-masing kelompok meletakkan hasil karyanya ditengah ruangan.
10. Setiap peerta diberi kesempatan untuk memberikan reaksi atas produk-produk itu, mengungkapkan perasaan dan pendapat secara bergantian
11. Kemudian Pelatih meminta seluuh peserta membentuk lingkaran besar dengan mengadakan evaluasi
12. Pelatih menyimpulkan hasil permainan itu dalam pokok bahasan materi
13. Pelatih menutup acara.
14. Teknik Diskusi dan Persidangan
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian, tujuan dan macam-macam diskusi dan persidangan
2. Etika diskusi dan persidangan
3. Perangkat dan teknik diskusi dan persidangan
4. Teknik menciptakan diskusi dan persidangan yang produktif
b. Tujuan :
1. Memahami pengertian, tujuan, macam serta etika diskusi.
2. memahami perangkat dan teknik persidangan
3. Memahami bagaimana menciptakan diskusi yang produktif
c. Metode :
1. Brainstorming
2. Diskusi
3. Role Playing
4. Praktek diskusi dan sidang
d. Media :
1. Kertas plano
2. Spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4. Selanjutnya untuk memperdalam materi, pelatih mengajak peserta untuk melakukan suatu diskusi kelompok dengan membahas beberapa issue yang disedikan oleh pelatih.
5. Selama dalam proses diskusi, pelatih memantau dan menilai mulai dari bentuk diskusi, penataan model, jalannya diskusi, partisipasi anggota diskusi dan peranan ketua kelompok diskusi dalam mengendalikan situasi diskusi.
6. Setelah selesai, Pelatih memberikan ulasan tentang kelebihan dan kekurangan dari masing-masing prosesi diskusi yang telah dipraktekkan oleh masing-masing kelompok.
7. Selanjutnya pelatih memberikan saran-saran dan diakhiri dengan menutup acara.
15. Pengantar Studi Gender
a. Pokok Bahasan :
1. Pengertian dan tujuan studi gender
2. Perbedaan sex, gender dan feminisme
3. Pengertian sex role, gender role, gender stereotype
4. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender
b. Tujuan :
1. Mengerti dan memahami gender, sex dan feminisme
2. Mengetahui aliran-aliran feminisme
c. Metode :
1. Brainstorming
2. Diskusi
3. Ceramah dan dialog
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi studi gender.
2. Pelatih membacakan biodata narasumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi.
3. Pelatih memandu dialog atau curah pendapat.
4. Pelatih menyimpulkan materi studi gender dan hasil dialog, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
5. Pelatih memandu diskusi tentang pendalaman materi, sebelum itu Pelatih membagi peserta dalam 4 kelompok.
6. Pelatih memandu merumuskan hasil diskusi kelompok dengan metode curah pendapat yang ditulis pada papan plano.
7. Pelatih menutup acara
16. Studi Problematika Pendidikan di Indonesia
a. Pokok bahasan :
1. Komponen-komponen pendidikan (peserta didik, pendidik,materi, metode, tujuan)
2. Sistem pendidikan nasional
3. Problematik pendidikan di Indonesia
b. Tujuan :
1. Memahami komponen-komponen pendidikan
2. Memahami system pendidikan nasional
c. Metode :
1. Brainstorming
2. Ceramah dan dialog
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Selesai dialog, pelatih mengulas secara garis besar hasil dialog dan mengarahkan pada kesimpulan.
4. Pelatih memberikan saran-saran dan dilanjutkan dengan menutup acara.
17. Evaluasi
a. Pokok bahasan
1. Review dan evaluasi akhir penyelenggaraan latihan
2. Post test
b. Tujuan
1. Mampu mengorganisir dan mengungkapkan kembali pengalaman latihan peserta sejak awal sampai akhir pelatihan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan selama latihan berlangsung.
2. Mampu memberikan umpan balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan latihan ini serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan latihan di masa yang akan datang
c. Metode
1. Angket
2. Kuesioner
d. Media
1. Papan tulis white board dan spidolnya
2. Kertas plano dan spidolnya
3. Formulir isian evaluasi dan soal-soal post test
e. Waktu
90 menit efektif
f. Proses kegiatan
1. Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang evaluasi pelatihan dan tujuannya.
2. Pelatih membagi peserta ke dalam beberapa kelompok diskusi, kemudian masing-masing kelompok merumuskan beberapa kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sessi yang berkaitan dengan prosesi pelatihan, misalnya infrastruktur pelatihan, materi, pelatih, metoda, nara sumber, peserta, suasana, sistem kelekatan dll.
3. Hasil diskusi di tuangkan dalam kertas plano kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
4. Pelatih memandu untuk mengidentifikasi masing-masing permasalahan, sehingga menjadi entry point bagi peserta di dalam menyelenggarakan pelatihan berikutnya.
5. Selanjutnya pelatih menyimpulkan secara garis besar hasil diskusi.
6. Untuk melihat daya serap materi pelatihan selama proses pelatihan, maka pelatih memberikan post test kepada peserta.
7. Diakhiri dengan penutupan acara.
18. RENCANA TINDAK LANJUT
a. Pokok bahasan
1. Rencana tindak lanjut latihan
2. Rumusan strategi tindak lanjut untuk pengembangan kemampuan peserta
b. Tujuan
1. Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai bentuk perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang diperolehnya selama latihan
2. Mampu menyusun suatu rencana tindak lanjut tentatif yang dapat dan mungkin dilaksanakannya pasca latihan pelatih
c. Metode
1. Angket
2. Diskusi
d. Media
1. Papan tulis white board dan spidolnya
2. Kertas plano dan spidolnya
3. Lembar rancangan kegiatan pasca latihan
e. Waktu
120 menit efektif
f. Proses kegiatan
1. Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut sebagai bentuk peningkatan pengalaman bagi pelatih yang akan terjun memandu latihan di wilayahnya
2. Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang bersangkutan.
3. Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
4. Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus dilaksanakan
5. Pelatih memberikan penegasan secara garis besar atas hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri dengan penutupan acara oleh pelatih.

Materi Makesta

AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH
A. Pendahuluan
Islam sebagai agama terakhir yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dalam sejarah perkembangannya pada zaman Rosulullah SAW. Relatif tidak mengalami goncangan dan pertentangan, hal ini disebabkan segala persoalan, perbedaan pandangan terhadap suatu masalah, dapat langsung dinyatakan kepada nabi dan para sahabat pun dengan rela menerima keputusan nabi.
Setelah Rosulullah SAW wafat, bibit-bibit perbedaan pendapat itu mulai nampak, terjadi tarik menarik yang cukup kuat antara kaum muhajirin dan ansor tentang siapa yang sebenarnya berhak menjadi pengganti beliau selaku kepala negara (bukan pengganti nabi atau rosul) sehingga pemakaman nabi menjadi persoalan kedua bagi mereka.
Akan tetapi sejarah meriwayatkan bahwa Abu Bakar ‘Assyidiq yang disetujui masyarakat muslim menjadi kholifah menyusul kemudian Umar bin Khottob, Usman bin Affan ndan Ali bin Abi Tholib. Pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khottob perbedaan faham yang menjurus pada sparatisme (penolakan kepada pemerintah yang sah) relative dapat diminimalisir. Dan agak aneh kiranya bahwa persoalan yang pertama-tama timbul munculnya perbedaan faham itu justru permasalahan politik. Ahli sejarah menggambarkan bahwa kholifah ketiga Usman bin Affan sebagai seorang yang lemah dan tak sanggup menentang ambisi keluarganya (kroninya) yang kaya dan berpengaruh. Ia mengangkatnya menjadi gubenur-gubenur di daerah menggantikan gubenur-gubenur yang diangkat oleh Umar bin Khottob yang terkenal sebagai orang yang kuat dan tidak memikirkan keluarga.
Perasaan tidak puas bermunculan dan menangguk di air keruh untuk menggoyang pemerintahan Usman. Perkembangan selanjutnya membawa pada pembunuhan Usman oleh pemuka-pemuka pemberontak.
Setelah Usman lengser, Ali bin Abi Tholib sebagai calon kuat menjadi kholifah keempat tetapi ia segera mendapat tantangan dan goyangan dari pesaing-pesaing beratnya yang ingin pula menjadi kholifah, terutama Tholhah Zubair yang mendapat sokongan dari Aisyah. Tantangan dari Tholhah dan Aisyah dapat dipatahkan oleh Ali bin Abi Tholib dalam pertempuran yang terjadi di irak 656 M.
Tantangan kedua dari Muawiyah gubenur damaskus (keluarga Usman) ia mengajukan tuntutan kepada Ali agar mengusut dan menghukum pembunuh Usman bahkan ia menuduh Ali turut campur dalam pembunuhan itu. Peperangan diantara keduanya tidak dapat dihindarkan, terjadi di Syifin (perang syiffin). Tentara Ali dapat mendesak tentara Muawiyah dan hamper dapat mengalahkannya. Amr bin Ash (tangan kanan Muawiyah) dengan mengangkat Al Qur’an di atas pedang meminta berdamai (jeda kemanusiaan) untuk melakukan serangkaian dialog dan perundingan bertemulah dua delegasi dalam satu meja perundingan, pihak Ali diwakili oleh Musa Al Asy’ari dan pihak Muawiyah diwakili oleh Amr bin Ash. Disinilah kelicikan Amr bin Ash mengalahkan perasaan taqwa Abu Musa Al Asy’ari. Sejarah mencatat keduanya terjadi pemufakatan penjatuhan kedua pemuka yang bertentangan setelah Abu Musa mengemukakan kejatuhan Ali di forum, Amr bin Ash belok ara dan hanya menyetujui penjatuhan Ali dan menolak penjatuhan Muawiyah.
Berawal dari persoalan politik inilah muncul perbedaan faham yang amat tajam:
1. Timbul persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, siapa yang keluar dari islam dan siapa yang tetap dalam islam, dan bagaimana status islam yang berdosa.
2. Muncul faham syi’ah (golongan pro Ali), khowarij (golongan yang memusuhi Ali, murji’ah (golongan penengah yang tidak mau terlibat politik) selanjutnya muncul Kodariyah, jabariyah, Mu’tazilah, Ahmadiyah, dan Ahlussunah Wal Jama’ah.
3. Sedangkan Ahlussunah Waljama’ah baru popular pada abad ketiga hijriyah. Hal yang menjadi pemicu lahirnya Ahlussunah Wal Jama’ahsebagai gerakan dalam komunitas islam adalah terjadi pertengkaran, penyelewengan atau penyimpangan yang serius dikalangan umat islam dalam bidang Aqidah, Syari’ah maupun politik dan filsafat.
B. Pengertian dan dalil Ahlussunah Wal Jama’ah
Gambaran yang dipaparkan diatas sebenarnya sudah diprediksi (diperkirakan) Oleh nabi Muhammad SAW bahwa pada suatu saat umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan yang selamat dari kesesatan adalah Ahlussunah Wal Jama’ah tersebut dalam kitab Thobroni bahwa nabi Muhammad SAW bersabda :
Artinya : Dan akan berfirqoh umatku sebanyak 73 firqoh, semuanya masuk neraka kecuali satu, sahabat-sahabat yang mendengar ucapan ini lalu bertanya “siapakah yang satu itu ya Rosulalloh” nabi menjawab “yang satu ialah orang yang berpegang (berjihat) sebagai peganganku (I’tiqotku) dan pegangan sahabat-sahabatku.
(H.R. Imam Turmudzi)
Ahlussunah Wal Jama’ahmenurut bahasa:
1. Ahlun ( )
Berarti kalompok, keluarga, golongan
2. Sunnah ( )
Berarti ajaran nabi meliputi perkataan ( ), perbuatan ( ), Ketetapan ( ) nabi Muhammad SAW.
3. Al jama’ah ( )
Berarti golongan mayoritas (umumnya umat islam)
Ahlussunah Wal Jama’ah menurut istilah artinya ajaran islam yang mutni sebagaimana yang diajarkan oleh Rosululloh SAW. Bersama para sahabat-sahabatnya pada zaman itu. Dari pengertian diatas diambil kesimpulanbahwa Ahlussunah Wal Jama’ah adalah golongan pengikut ajaran islam yang selalu berpegang teguh pada :
1. Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
2. Sunnah para sahabat khususnya khulafaurrosyidin.
3. ijma’ (kesepakatan para ‘ulama’ terutama masalah khilafiyah memilah pendapat asawadul ‘adhom) dan mengikuti madzab imam mujtahidin, terutama madzab empat (Hanafi, Maliki, Hambali, Syafi’i).
C. Prinsip-Prinsip yang Dikembangkan Aswaja
Pada masa nabi perbedaan pendapat sudah terjadi, sayid Al Qur’an menceritakan ada dua orang yang tidak memperoleh air wudhu dalam bepergian lalu keduanya bertayamum untuk melakukan sholat dalam perjalanan mereka menemukan air, sedang yang lain tidak. Kejadian ini dilaporkan kepada nabi Muhammad SAW, beliau bagimu dan bagi yang mengulangi sholatnya “baginya pahala dua kali”.
Demikian sikap nabi dalam menghadapi perbedaan pendapat bijaksana dan toleran selam tidak menyimpang dari nash yang ada sikap tasamuh (toleran) ini dikembangkan para sahabat setelah nabi wafat, demikian juga para imam mujtahidin juga mewarisi semangat tasamuh dan meluaskannya ditengah ketajaman ihtilaf. Contohnya Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i bersedia sholat dibelakang imam di madinah yang tidak membaca basmallah, baik siri maupun jahr (tersembunyi maupun tampak) padahal kedua imam itu mengharuskan penbacaan basmallah pada Al Fatihah.
Sikap tasamuh terhadap perbedaan pendapat diaktualisasikan oleh nahdlotul ‘ulama’ dalam sikap kemasyarakatannya. Dalam bukunya khittoh nahdliyah kyai Haji Ahmad Shiddiq merumuskan sikap dasar atau karakter Ahlussunah Wal Jama’ah yaitu:
1. Tawasud (garis tengah) dan I’tidal (garis lurus)
Sikap tengah yang berintikan prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Dengan sikap ini NU sulalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan berlaku serta bertindak lurus dan dengan selalu membangun dan menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatoruf / ekstrim (keras)
2. Tasamuh
Sikap toleran terhadap perbedaan-perbedaan baik masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifatfuru’iyah atau masalah khilafiyah serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
3. Tawazun
Sikap seimbang dalam berkhitmad menyelaraskan berhikmah terhadap Allah SWT, hikmah kepada sesame manusia serta kepada lingkungan hidupnya, menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik dan bermanfaat dan menolak setiap hal yang dapat merugikan dalam kehidupan kini dan esok.
Dengan demikian system bermadzab yang dianut oleh Nahdlotul ‘Ulama’ telah membentuk kepribadian sebagai organisasi yang berprinsip :
a. Prinsip penggunaan Al Qur’an dan sunnah secara luas dalam upaya memahami dan mengamalkan ajaran agama.
b. Prisip selalu berpijak kepada kebenaran sesuai dengan prinsip-prinsip Rosulullah SAW, para sahabat, dan salafus sholihin (khususnya madzab empat).
c. Prinsip keberlangsungan ijtihad sebagaimana di syaratkan oleh konsep Al Qur’an, sunnah, ijtihadnya muadz bin jabal dan ungkapan klasik Ahlussunah Wal Jama’ah.
Artinya : memelihara nilai lama yang baik dan mengambil nilai baru yang lebih baik.
d. Prinsip toleransi dalam perbedaan pendapat dalam arti yang umum.
Artinya : Barang siapa yang berpendapat (berijtihad) dan benar, maka (dianggap benar) dan mendapat dua pahala, tapi bagi yang salah (dianggap salah) dan mendapat satu pahala (penghargaan).
Memahami penjelasan diatas dapat disimpulkan, untuk melestarikan, mempertahankan, mengamalkan dan mengembangkan aswaja, Nahdlotul ‘Ulama’ berpegang teguh pada system bermadzab :
a. Dalam bidang aqidah mengikuti madzab yang dipelopori imam abu hasan al asy’ari dan abu mansur al mnaturidzi.
b. Dalam bidang fiqih mengikuti salah satu madzab empat (Syafi’I, Maliki, Hanafi, Hambali).
c. Dalam bidang akhlak / tasawuf mengikuti madzab imam junaidi al baghdawi dan imam ghozali.
D. Sejarah Kelahiran Aswaja dan Kelahiran Di Indonesia
Sejarah kelahiran aswaja di Indonesia tidak bisa dilepaskan sejarah kedatangan di Indonesia. Secara histories islam datang ke Indonesia pada abad ke tujuh. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya makam-makam di daerah barat di Nangroe Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Bani Umayah. Serta kabar dari cina mengenai kedatangan Ta-Cheh di daerah Kalingga (Holing) pada masa pemerintahan Szima.
Kedatangan aswaja sendiri dari perspektif histories dapt dibuktikan dengan adanya bukti-bukti sejarah yang ada, mulai adanya kabar dari Ibnu Batuta mengenai islam yang ada di Indonesia, nama-nama raja Samudra Pasai yang cenderung sesuai dengan nama raja yang beraliran Syafi’I di timur tengah serta ditemukannya makam Siti Fatimah binti Maimun Leran Gresik, pada abad XI ditambah pula dengan cerita dari raja-raja / babad / tanah pada raja-raja Sunda (Banten) yang cenderung beraliran Syafi’i.
Kecenderungan aswaja yang beraliran syafi’i. hal ini apabilaperhatian lebih kapada setting kedatangan islam di Indonesia yang ternyata islam dating kebanyakan berasal dari daerah hadramaut dan yaman, bukan berasal dari Persia yang cenderung bermadzab Hanafi.
Sebagaimana dimaklumi islam dikembangkan di Indonesia oleh para pedagang. Sambil berdagang para mubaligh ini menyelenggarakan pesantren-pesantren untuk membentuk kader-kader ‘ulama’-‘ulama’ yang sangat beperan dalam pengembangan islam pada masa berikutnya. Dan salah satu tradisi dalam proses pengajaran agama islam di pesantren adalah tradisi pengajaran melalui kajia-kajian kitab0kitab klasik “Kitab kuning”.
Kandungan dari kitab-kitab di pesantren di indinesia khususnya di jawa adalah kitab fiqih dari madzab syafi’i. dengan pola pengajaran kitab fiqih inilah madzab sangat kuat pengaruhnya di Indonesia.
Di jawa berdasarkan bukti sejarah para penyebar dan pembawa islam khususnya daerah pesisir itara adalah para mubaligh yang diberi gelar para wali, yang sangat popular disebut wali songo. Sesuai dengan faham islam yang dianutnya yaitu faham Ahlussunah Wal Jama’ah para wali dalam misi dan dakwahnya selalu menerapkan prinsip tawasud,taamuh,I’tidal. Karakteristik ini tercermin dalam segala bidang baik aqidah, syari’at,akhlak,tasamuh, dan mu’amalah diantara sesama manusia. Dengan prinsip-prinsip ini cara islamisasi di Indonesia ditempuh melalui cabang seni budaya seperti pertunjukan wayang gamelan dan seni ukir. Adapt istiadat dan kebiasaan yang telah berakar dalam masyarakat juga dijadikan salah satu media dakwah. Kebiasaan sendiri dan keselamatan untuk orang-orang yang telah meninggal dunia tetap dilestarikan dengan warna keislaman. Mereka mengajarkan agama islam dengan lemah lembut. Tanpa kekerasan menggunakan bahasa dan budaya yang telah dimiliki oleh masyarakat.
Keramah tamahan dalam berdakwah inilah yang menyentuh nurani bangsa dan mempertanda bahwa islam adalah agama perdamaian, membawa persahabatan sesame umat semesta alam. Keramah tamahan inilah yang diwariskan para ‘ulama’ aswaja untuk diteladani dalam mengajarkan agama islam. Demikian pula NU dalam anggaran dasar secara eksplisir dirumuskan bahwa tujuan NU adalah mengembangkan serta melestarikan ajaran islam Ahlussunah Wal Jama’ah.
KE – IPNU-IPPNU – AN
A. Sejarah Berdirinya IPNU-IPPNU
1. Periode Perintis
Munculnya organisasi IPNU-IPPNU adalah bermula dari adanya jam’iyahyang bersifat local atau kedaerahan, wadah yang berupa kumpulan pelajar dan pesantren yang kesemuanya dikelola dan diasuh oleh ulama’. Jam’iyah tersebut tumbuh dan berkembang diberbagai daerah hamper diseluruh belahan bumi Indonesia misalnya jam’iyah dzibaan, yasinan dll, yang kesemuanya memiliki jalur tertentu dan satu sama lain tidak berhubungan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan nama yang terjadi didaerah masing-masing, mengingat lahirnya pun atas inisiataf sendiri-sendiri.
Di Surabaya putra dan putri Nahdlotul Ulama’ mendirikan perkumpulan yang diberi nama Tsamrotul Mustafidzin pada tahun 1936. Tiga tahun kemudian tahun 1939 lahi persatuan santri Nahdlotul Ulama’ atau PERSANU. Tahun 1941 lahir persatuan murid NO (PERMONO) pada saat itu bangsa indonesia mengalami pergolakan melawan penjajah jepang. Sehingga terbentuk IMANU atau Ikatan Murid Nahdlotul Ulama’ di kota malang pada tahun 1945.
Di Madura berdiri Ijtimaut Tholabiyah pada tahun 1945. Meskipun bersifat pelajar keenam Jam’iyah atau perkumpulan tersebut tidak berdiam diri, ikut pula dalam perjuangan melawan penjajah.
Tahun 1950 di Semarang berdiri ikatan Mubaligh Nahdlotul Ulama’ dengan anggota masih remaja. Pada tahun 1953 di Kediri berdiri PERPANU (Persatuan Pelajar Nahdlotul Ulama’) pada tahun yang sama di Bangil berdiri Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama’ (IPNU) pada tahun 1954 di Medan berdiri Ikatan Pelajar Mahdlotul Ulama’ (IPNU) dan masih banyak yang tak tercantum dalan naskah ini.
Titik awal inilah yang menginspirasi para perintis pendiri IPNU-IPPNU untuk menyatukan langkah dalam satu perkumpulan.
2. Periode Kelahiran
Aspek-aspek yang melatar belakangi IPNU-IPPNU berdiri antara lain:
a. Aspek Ideologis
Indonesia mayoritas penduduknya adalah beragama islam dan berhaluan Ahlussunah Wal Jama’ah, sehingga untuk melestarikan faham tersebut perlu di siapkan kader-kader penerus yang nantinya mampu mengkoordinir, mengamalkan dan mempertahankan faham tersebut dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama.
b. Aspek Paedagogis / Pendidikan
Adanya keinginan untuk menjembatani kesenjangan antara pelajar umum dan pelajar pesantren.
c. Aspek Sosiologis
Adanya persamaan tujuan, kesadaran dan keikhlasan akan pentingnya suatu wadah pembinaan bagi generasi penerus para ulama’ dan penerus perjuangan bangsa.
Gagasan untuk menyatukan langkah tersebut dalam muktamar ma’arif pada tanggal 20 jumadil akhir 1373 H, bertepatan dengan tanggal 24 pebruari 1954 di Semarang. Usulan ini dipelopori oleh pelajar-pelajar dari Yogyakarta, Solo dan Semarang yang diwakili oleh Sofyan Cholil Mushal, Abd. Ghoni, Farida Ahmad, Maskup dan Tolkhah Mansur. Muktamar menerima usulan tersebut dengan suara bulat dan mufakat dilahirkan oleh suatu organisasi yang bernama IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama’) dengan ketua M. Tolchah Mansur serta pada tanggal itu ditetapkan hari lahir IPNU.
Lahirnya IPNU merupakan organisasi termuda dilingkungan Nahdlotul Ulama’. Sebagai langkah awal untuk memasyarakatkan IPNU, maka pada tanggal 29 April sampai 1 Mei 1954 diadakan pertemuan di Surakarta yang dikenal dengan Kolida / pertemuan lima daerah yaitu meliputi Yogyakarta, Semarang, Kediri, Surakarta, dan Jombang, menetapkan sebagai pucuk pimpinan sekarang pimpinan pusat serta merencanakan usaha untuk mendapatkan legitimasi dari Nahdlotul Ulama’ secara formal. Usaha mencari legitimasi ini diwujudkan dengan mengirimkan delegasi pada Muktamar UN ke X di Surabaya pada tanggal 8-14 September 1954. Delegasi tersebut dipimpin oleh M. Tolchah Mansur, Abdul Ghani, Farida Ahmad dengan perjuangan yang optimal akhirnya IPNU mendapat pengakuan dengan syarat beranggotakan putra saja, sedangkan putri akan diadakan organisasi tersendiri.
Pada tanggal 28 Pebruari sampai 3 Mart 1955 IPNU mengadakan konggres pertama di Malang, bersamaan itu pula di Solo terbentuklah Ikatan Pelajar Putri Nahdlotul Ulama’ (IPPNU) tepatnya pada tanggal 2 Maret 1955, dan pada tanggal itu pula ditetapkan sebagai hari lahir IPPNU.
Status IPNU-IPPNU dari konggres I sampai VI masih merupakan anak asuh LP Ma’arif, baru kemudian setelah konggres VI di Surabaya tanggal 20 Agustus 1966, IPNU-IPPNU meminta hak otonom pada Nahdlotul Ulama’ dengan maksud agar dapat mengatur rumah tangganya sendiri. Pengakuan otonom ini diberikan dalam Muktamar Nahdlotul Ulama’ di Bandung pada tahun 1967 yang dicantumkan dalam AD / ART Nahdlotul Ulama’ pasal 10 ayat 1 dan 9 dalam Muktamar Nahdlotul Ulama’ di Semarang tahun 1979, status IPNU-IPPNU terdapat pada pasal 2 AD Nahdlotul Ulama’.
B. Perubahan Besar IPNU-IPPNU
Perubahan mendasar dengan merubah akronim dari awal berdiri sampai sekarang telah mengalami tig kali. Hal ini dikarenakan oleh situasi dan kondisi yang berkembang, pengaruh eksternal terhadap perubahan tak bisa dinafikan. Ekses politik yang berasal dari bias ketakutan penguasa terlihat jelas.
Eksistensi IPNU-IPPNU memang tidak bisa dilepaskan dari desain Nahdlotul Ulama’, termasuk ekses dari Improvisasi Politik Nahdlotul Ulama’ ketika menjadi partai politik (1954-1984). Puncaknya ketika Orde Baru berusaha menancapkan Hegemoni kekuasaannya di sektor pendidikan, IPNU
dipaksa memisahkan diri dari lembaga pendidikan sebagai basis utamanya. Maka pada konggres X di Jombang, IPNU terpaksa mengubah kepanjangan akronim menjadi Ikatan Putra Nahdlotul Ulama’. Perubahan nama ini membawa konsekuensi pada perubahan Orientasi dan bidang garap (IPNU-IPPNU) Nahdlotul Ulama’.
Ketika gerakan rakyat berhasil melahirkan (pinjam bahasa) reformasi pada tahun 1998 dan mengakibatkan terbukanya kran kebebasan ekspresi rakyat, muncul “Desakan” untuk menegaskan kembali orientasi gerakan IPNU seperti mandat dan misi awal berdiri. Dalam perspektif Nahdlotul Ulama’, penegasan orientasi IPNU dilakukan pertama kali dengan mengembalikan akronim IPNU seperti pada awal berdirinya, menjadi Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama’. Keputusan tersebut telah ditetapkan dalam konggres XIV IPNU di Surabaya, tanggal 19-24 Juni 2003.
C. Citra Diri IPNU-IPPNU
a. Hakikat IPNU-IPPNU
IPNU-IPPNU adalah wadah perjuangan putra dan putri Nahdlotul Ulama’ untuk mensosialisasikan komitmen nilai-nilai kebangsaan, keislaman, keilmuan, kekaderan, dan keterpelajaran dalam upaya penggalian dan pembinaan potensi sumber daya anggota, yang senantiasa mengamalkan kerja nyata demi tegaknya ajaran islam Ahlussunah Wal Jama’ah dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan pancasila UUD ’45.
b. Orientasi
Orientasi IPNU-IPPNU berpijak pada kesemestaan organisasi dan anggotanya untuk senantiasa menempatkan pergerakan dan zona keterpelajaran dengan kaidah “belajar, berjuang, dan bertaqwa”, yang bercorak dasar dengan wawasan kebangsaan, keislaman, kekaderan, dan keterpelajaran.
- Wawasan Kebangsaan
Yaitu wawasan yang dijiwai oleh azaz kerakyatan yang dipimpin oleh hikmay kebijaksanaan, yang mengakui kebinekaan sosial budaya, yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Hakekat dan martabat manusia yang memiliki komitmen dan kepedulian terhadap nasib bangsa dan Negara berlandaskan prinsip keadilan persamaan dan demokrasi.
- Wawasan Keislaman
Yaitu menempatkan ajaran agama islam sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam memberikan makna dan arah pembangunan manusia. Ajaran islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin yang menyempurnakan dan memperbaiki nilai-nilai kemanusiaan. Karwena itu dalam bermasyarakat haruslah bersikap Tawashut dan I’tidal, menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kejujuran di tengah-tengah kehidupan masyarakat, bersikap membangun dan menghindari laku Tathoruf (Ekstrem, melaksanakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan dan kedzoliman), Tasamuh manusia dan lingkungan, amar ma’ruf nahi munkar, memiliki kecenderungan untuk melakukan usaha perbaikan serta mencegah terjadinya kerusakan harkat kemanusiaan dan kerusakan lingkunga, mandiri, bebas, terbuka dan bertanggung jawab dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
- Wawasan Keilmuan
Menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan anggota dan kader, agar menjadi kader-kader yang memiliki komitmen terhadap ideologi, cita-cita perjuangan dan organisasi, bertanggungjawab dalam mengembangkan dan membentengi organisasi, juga diharapkan dapat membentuk pribadi yang menghayati dan mengamalkan ajaran islam ala Ahlussunah Wal Jama’ah, memiliki komitmen terhadap ilmu pengetahuan, serta memiliki kemampuan mengembangkan organisasi kepemimpinan, kemandirian dan kepopuleran.
- Wawasan Keterpelajaran
Wawasan yang menempatkan Organisasi dan anggota pada pemantapan diri sebagai Center Of Excellence pemberdayaan sumberdaya manusia terdidik dn berilmu, berkeahlian dan visioner yang diikuti kejelasan misi sucinya, sekaligus strategi dan operasionalisasi yang berpihak kepada kebenaran, kejujuran serta amar ma’ruf nahi munkar. Wawasan ini meniscayakan karakteristik organisasi dan anggotanya untuk senantiasa memiliki hasrat ingin tahu, belajar tarus menerus dan mencintai masyarakat belajar. Mempelajari daya analisis, daya sistesis pemikiran, agar dapat membaca realitas dan dinamika kehidupan yang sesungguhnya, terbuka menerima perubahan, pandangan dan cara-cara barun pendapat baru serta pendapat yang berbeda, menjunjung tinggi nilai, norma, kaidah dan tradisi serta sejarah keilmuan serta berorientasi kemasa depan.
D. Posisi IPNU-IPPNU
 Intern
IPNU-IPPNU sebagai perangkat dan badan otonom Nahdlotul Ulama’, secara kelembagaan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan badan-badan otonom lain, yaitu memiliki tugas utama melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’, khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Masing-masing badan otonom hanya dapat dibedakan dengan melihat orientasi target group (kelompok binaan) dan bidang garapan masing-masing.
 Ekstern
IPNU-IPPNU adalah bagian dari generasi muda Indonesia, yang memiliki tanggungjawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara republic Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuangan Nahdlotul Ulama’ serta cita-cita bangsa Indonesia.
 Fungsi
IPNU-IPPNU berfungsi sebagai :
1. Wadah berhimpun putra dan putri Nahdlotul Ulama’ untuk melanjutkan semangat dan nilai-nilai Nahdliyah.
2. Wadah komunikasi pura dan putri Nahdlotul Ulama’ untuk menggalang ukhuwah islamiyah dan mengembangkan syari’at islam.
3. Wadah kaderisasi putra dan putri Nahdlotul Ulama’ untuk mempersiapkan kader-kader bangsa.
4. Wadah aktualisasi putra dan Putri UN dalam pelaksanaan dan pengembangan syari’at islam.
Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran panggilan dan pembinaan (target group) IPNU-IPPNU adalah setiap putra dan putri bangsa yang syarat keanggotaan, debagaimana ketentuan dalam PADA dan PRT IPNU-IPPNU.
E. Sikap dan Nilai
Sikap dan nilai-nilai yang harus dikembangkan anggota IPNU-IPNU adalah sikap dasar keagamaan dan nilai-nilai yang bersumber dari sikap kemasyarakatan Nahdlotul Ulama’ yaitu :
a. Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran islam
b. Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi
c. Menjunjung tinggi sikap keikhlasan dalam berkhidmat dan berjuang
d. Menjunjung tinggi persaudaraan (al-Ukhuwah), persatuan (al-Ittihad) serta kadis mengasihi
e. Meluhurkan kemuliaan moral (al-Akhlakul Karimah) dan menjunjung tinggi kejujuran (ash-Shidqu) dalam berpikir,bersikap dan bertindak
f. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa dan Negara
g. Menjunjung tinggi nilai-nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah sebagai ibadah kepada Allah SWT
h. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan ahli-ahlinya
Selalu bersikap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia.
KEOGANISASIAN
A. Pengertian
Secara harfiah atau lughot organisasi berasal dari bahasa yunani Organa yang menurut bahasa latin Organom. Sedangkan menurut bahasa inggris Organition, menurut bahasa belanda Organisatie, kesemuanya mempunyai arti kumpulan.
Secara definisi atau istilah organisasi menurut para ahli ialah :
1. John M. Gaus “organisasi adalah tata hubungan antara orang-orang untuk dapat memungkinkan tercapai banyak tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab.
2. G.R. Terry :Organisasi berasal dari kata Organism yaitu suatu struktur yang dengan bagian-bagian yang sedemikian rupa di integrasi sehingga hubungan antara sau sama lain saling dipengaruhi dan mempengaruhi hubungan mereka secara keseluruhan.
3. Leonardo Wite mengemukakan bahwa pengertian “Organisasiialah pola hubungan yang ditetapkan secara formal oleh hukum dan oleh top manajement (organisasi formal) organisasi adalah sejumlah kata hubungan kerja (work relation ship) yang menjelma dari hubungan kerjasama antar hubungan seseorang dalam suatu jangka waktu yang panjang (organisasi informal)
Dari beberapa definisi diatas seara umum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur organisasi adalah :
1. Adanya dua orang atau lebih
2. Adanya maksud untuk kerjasama
3. Adanya pengatura hubungan
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai
Berdasarkan unsur-unsur dasar ini sekedar sebagai pegangan dapatlah dirumuskan definisi yang lebih mendekati praktek organisasi sehari-hari sebagai berikut : “Organisasi adalah wadah serta proses kerja sama sejumlah manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang ditentukan”.
B. Fungsi Organisasi
Dari sedikit uraian diatas kita paling tidak mempunya gambaran setelah kita berorganisasi lalu mengapa manusia harus berorganisasi, untuk mengetahui hal itu maka perlu mengetahui fungsi organisasi dalam kehidupan kita sebagai elemenmasyarakat.
Secara ringkas fungsi organisasi ada 2 :
1. Sebagai sarana komunikasi antar manusi (human relation)
2. Sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama.
C. Prinsip-prinsip Organisasi
Prinsip organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui dan dilakukan, ibarat rumah prinsip merupakan tiangnya, prinsip tersebut adalah :
1. Memiliki tujuan atau rumusan yang jelas
2. Setiap anggota memahami dan menerima tujuan tersebut
3. Adanya kesatuan arah atau persepsi
4. Adanya suatu perintah atau komando
5. Adanya keseimbangan wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing anggota
6. Adanya pembagian tugas / job description
7. Adanya jaminan keamanan dalam bekerja
8. Adanya transportasi yang cukup
9. Garis kekuasaan tanggung jawab serta hirarki tata kerjanya tergambar dalam struktur organisasi.
D. Macam-macam organisasi
Macam organisasi apabila diklasifikasikan menjadi beberapa macam, antara lain :
1. Atas dasar usia
a. Pelajar, Remaja, Pemuda pemula (IPNU-IPPNU, IRM, PII)
b. Mahasiswa, (PMII, HMI, GMNI)
c. Pemuda dewasa (GP.ANSOR, PMM, KNPI, FKPPI, Pemuda Muhammadiyah)
2. Organisasi Politik
a. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
b. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
c. Partai Golongan Karya (GOLKAR)
d. Dan lain-lain
3. Organisasi Profesi
a. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
b. Persatuan Pengusaha Indonesia (PPI)
c. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
d. Dan lain-lain
Adapun tujuan organisasi kemasyarakatan adalah sesuai dangan tujuannya masing-masing. Dalam mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD’45, wadah persatuan Negara RI bab III pasal 5,6 dan 7 berisi tentang hak dan kewajiban organisasi kemasyarakatan berfungsi :
1. Sebagai wadah penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingannya
2. Wadah pengembangan dan pembinaan anggotanya dengan berusaha mewujudkan tujuan nasional.
3. Wadah peran serta dalam mensukseskan pembangunan
4. Sarana penyalur aspirasi anggota dan sebagai sarana komunikasi sosial timbal balik anggota dan antar ormas dengan organisasi kekuatan politik badan perwakilan rakyat pemerintah.
Hak-hak organisasi kemasyarakatan antara lain :
a. Melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan
b. Mempertahankan hak hidup organisasi sesuai dengan tujuan organisasi
Kewajiban organisasi kemasyarakatan adalah :
1. Mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2. Menghayati, mengamalkan dan mengamankan pancasila serta UUD’45 serta murni dan konsekwen
3. Memelihara persatuan dan kesatuan
E. Manajemen Kepanitian
1. Planning (perencanaan)
a. Format kegiatan
b. Analisa kebutuhan (idealis, terlaksana, taktis)
c. Teknis pelaksanaan
d. Tujuan pelaksanaan (visi dan misi)
e. Obyek kegiatan
2. Organiting (pengorganisasian)
a. Pembentukan struktur kepanitiaan : SC, OC (Stering Comite, Organiting Comite)
b. Job description (Pembagian tugas)
3. Actuating (pelaksanaan)
a. Administratif
- Surat pengangkatan panitia
- Surat perlengkapan panitia + job description
- Surat musyawarah
- Surat chek akhir
- Surat pemberitahuan yang terkait kegiatan
- Surat permohonan bantuan
- Pembuatan proposal
- Dan lain0lain yang (dipandang perlu)
b. Penggalian dana
c. Pengembangan opini
d. Operasional job description
e. Kegiatan / pelaksanaan
4. Controling (pengontrolan /pengecekan) :
Time Schedule (jadwal Waktu Kerja)
- Rapat kepanitian
- Pembuatan proposal
- Penggalian dana
- Chek kegiatan setting kegiatan
- Protokoler
- Pelaksanaan kegiatan
- Klarifikasi
- Evaluasi kegiatan (Persiapan, Pelaksanaan, Hasil)
5. Evaluating (evaluasi) : Laporan pertanggung jawaban, Pembubaran kepanitiaan.
LEADERSHIP
A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
1. Menurut Drs. Moh Hatta
Kepemimpinan adalah suatu ilmu yang menyalurkan gagasan baik secara umum maupun individu untuk kemudian dilaksanakan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
2. Menurut Tanrembaun
“Leadership is an interpersonal influence exercise in asituasion and directed through the communication proses toward the attainment of a specified goal or goals”.
Kepemimpinan adalah daya atau kemampuan seseorang dalam mempungaruhi pikiran orang lain melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan bersama.
Dari definisi diatas dapat kita tarik kesipulan baahwa definisi kepemimpinan adalah suatu proses untuk menyalurkan gagasa secara kolektif maupun individu dengan didukung oleh daya atas kemampuan untuk mempungaryhi orang lain melalui proses komunikasi untuk kemudian dilaksanakan bersama-sama dalam mencapai tujuan yang di cita-citakan.
B. MACAM-MACAM KEPEMIMPINAN
Suatu model kepemimpinan memiliki cirri dan karakter masing-masing. Hal ini tak lepas dari unsur-unsur yang meletar belakangi lahirnya seorang pemimpin dalam suatu kelompok atau organisasi, diantara unsur-unsur tersebut adalah :
- Kecakapan seorang pemimpin
- Wibawa
- Keturunan
- Kekuasaan
- Kemampuan berkomunikasi
- Kekayaan
- Dan lain-lain.
Beberapa macam kepemimpinan
- Otoriter
Dalam tipe kepemimpinan ini, jalur koordinasi hanya berlangsung satu arah yaitu dari atas kebawah. Segala hal yang berkaitan dengan kebijakan hanya ditangani seorang pimpinan. Bawahan tidak berhak mengajukan usul dan saran. Mereka hanya wajib menjalankan apa yang telah ditentukan oleh seorang pmimpin. Tipe ini mempunyai kelemahan apabila sang pemimpin menemui jalan buntu dalam pencarian sebuah solusi permasalahan organisasi maka organisasi mengalami stagnasi (kemandekan/kefakuman) dan cenderung cepat mengalami konflik.
- Bebas (Liberal)
Sutu tipe kepemimpinan dimana seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahannya untuk mengutarakan pendapat sekaligus mengatur bagaimana pendapatnya bisa dijalankan bersama, dalam tipe ini koordinasi berlangsung dua arah namun biasanya bawahan lebih dominant dalam pengambilan keputusan, sehingga seorang pemimpin terkesan hanya sebagai symbol, jadi anggota memiliki kemampuan yang dominant.
- Demokratis
Musyawarah dan kesepakatan anggota menjadi akar dalam perjalanan organisasi, dalam tipe ini semua yang menjadi permasalahan kelompok dipecahkan dalam sebuah permusyawaratan anggota. Pemimpin menjadi fasilitator dan yang menjadi kebijakan adalah kata mufakat.
C. IDEALISME PEMIMPIN
1. Memiliki kemampuan yang lebih baik
2. Mampu menjadi motivator, fasilitator dan menjadi seorang kontrol, dinamisator sekaligus uswah.
3. Memiliki dedikasi yang tinggi pada organisasi
4. Memiliki visi kedepan yang baik
5. Mampu menjadi tauladan bagi anggota
6. Mampu berkomunikasi yang baik dengan seliruh kompinen organisasi
7. Mampu menjadi innovator (penyedap rasa baru)
8. Memiliki kemampuan untuk membaca situasi dan kondisi yang berkembang di lingkungannya
9. Bertanggung jawab.
NAHDLATUL ‘ULAMA’
I. Latar Belakang Berdirinya Nadlotul ‘Ulama’
A. Faktor Kebangsaan
Sejak kedatangan belanda ke Indonesia awal abad ke XVII umat islam menyambutnya dengan sikap permusuhan. Sikap permusuhan ini bukan semata-mata karena merasa tertindas, akan tetapi lebih dari hal itu karena factor agama, munculnya “londo kafir” merupakan bentuk ketidak sukaan umat islam yang dikaitkan dengan agama, segala yang berbau belanda dipandang haram dan kotor. Untuk membenarkan sikap ini para ulama’ mengutip sebuah maqolah :
Artinya : Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasu golongannya.
Kegagalan demi kegagalan menghalau penjajah membuat kaum islam sadar, bahwa perlawanan dengan kekuatan senjata bersifat lokalistik sangat tidak efektif, strategi baru yang perlu diterapkan dengan mendirikan organisasi modern.
Pada tahun 1914 M, KH. Wahab Hasbullah membentuk forum diskusi “Taswirul Afkar” (potert pemikiran) cara ini ditempuh untuk membentuk kontak intelektual dengan sejumlah tokoh muda mengenai espek kehidupan baik keagamaan maupun politik perjuangan melawan belanda.
Langkah konkrit dari Taswirul Afkar adalah menanamkan semangat nasionalisme dengan membentuk lembaga pendidikan. Pada tahun 1916 M, berdirilah perguruan Naahdlotul Waton Di Surabaya dengan tokohnya KH.Wahab Hasbullah, KH.Ridwan, KH.Mas Mansur dan KH.Abd. Kahar. Pada tahun 1925 M, KH,Wahab Hasbullah membentuk organisasi sebagai wadah para pemuda santri yang diberi nama “Subanul Wathon” (Pemuda Tanah Air).
Organisasi tersebut adalah cikal bakal lahirnya jam’iyah Nahdlotul Ulama’ dengan demikian dapat difahami bahwa latar belakang berdirinya Nahdlotul Ulama’ didorong oleh semangat nasionalisme membela tanah air, melestarikan jiwa dan semangat anti penjajah karena penjajahan bertentangan dengan agama islam.
Tahun1702-1787 di Saudi Arabia dibawah pimpinan Mohammad bin Abd Wahab, menyebarkan faham yang kemudian disebut Wahabi, gerakan ini bersemboyan kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadits dengan mengikis habis hal0hal yang berbau sirik.
Untuk memperluas pengaruhnya Mohammad bin Abd.Wahab merangkul seorang penguasa bernama Abd.Aziz bin Saud, demikian pula sebaliknya memperkokoh kekuasaannya Abd.Aziz membutuhkan seorang ulama’ yang dapat mengisi rakyatnya.
Maka pada tahun 1924 Di Saudi Arabia terjadi babak baru dalam sejarah. Abd.Aziz bin Saud dengan semangat ajaran wahabinya berhasil merebut kekuasaan dari Starif Husain Makkah. Ibnu Saud mulai berkampanye besar-besaran tentang larangan bermadzab, larangan berziarah ke makam Syuhada’ dan makam Rosulullah. Bahkan mereka bermaksud menghancurkan kubah hijau makan Rosulullah SAW di Madinah., berdoa, bertawasul dilarang keras, tidak boleh membaca sholawat Dalailul Khoirot sebab kesemuanya dipandang sirik dan bid’Ahlussunah Wal Jama’ah.
Gerakan wahabi ini sangat berpengaruh besar terhadap corak dan warna pergerakan islam di Indonesia, karena adanya kontak ketika mereka ibadah haji maupun mereka yang belajar agama islam disana.
Tahun1802 di Minang Kabau muncul pemahan islam dengan corak wahabi dipimpin oleh H. MMMiskin, hal ini menimbulkan pro dan kontra dari kaum tradisi. Di jawa tahun 1912 KH, Achmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah, tahun 1913 Ahmad Surkanti mendirikan Al Irsyad, tahun 1923 A.Hasan mendirikan PERSIS (Persatuan Umat Islam)
Maka dapat di pastikan gerakan pembaharuan ini menimbulkan polemic yang sangat tajam terutama masalah khilafiyah antara kaum pembaharu dengan ulama’ pesantren (yang dicap sebagai tradisional) perbedaan khilafiyah ini acap kali menimbulkan bentrok fisik dikedua belah pihak.
Sementara itu perkembangan gerakan wahabi di Saudi Arabia menimbulkan rasa khawatir dikalangan ulama’ pesantren Indonesia karena dapat mengancam kelestarian islam Ahlussunah Wal Jama’ah.
KH.Wahab Hasbullah menghimbau kepada penguasa baru Arab Saudiagar tetap menghormati tradisi keagamaan yang berlaku disana dan ajaran-ajaran bermadzab yang dianut masyarakat setempat. Untuk menjembatani hal itu di bentuklah komite Hijaz, setelah mendapat restu dari Hadrotus Syekh KH.Hasyim Asy’ari (thn 1926).]
Setelah persiapan matang komite Hijaz mengundang para ulama’ terkemuka sejawa dan madura. Dakam pertemuan itu disepakati KH Raden Asnawi Latif sebagai delegasi komite Hijaz, akhirnya timbul pemikiran mewakili apakah delegasi ini. Maka dibentuklah organisasi atau jam’iyah dan atas usul KH.Mas Alwi,Abd.Aziz, jam’iyah ini diberi nama Nahdlotul Ulama’ [NO].
Uraian diatas memberikan kesan bahwa kelahiran Nahdlotul Ulama’ (16 rojab 1344 H/31 januari 1926) di Surabaya merupakan manifestasi kebangkitan para madzab empat (Syafi’I, Maliki, Hambali, Hanafi) keempat madzab ini dikenal dengan madzab Ahlussunah Wal Jama’ah.
II. Bentuk dan Sistem Organisasi Nahdlotul Ulama’
A. Tujuan Nahdlotul Ulama’
Rumusan anggaran Mahdlotul Ulama’ atau disebut Qanun Asasi Lijamiyati Nahdlotul Ulama’ secara explisit disebutkan bahwa tujuan Nahdlotul Ulama’ adalah menjaga dan melestarikan ajaran-ajaran islam ala Ahlussunah Wal Jma’ah dalam pasal 2 dan 3 anggaran Nahdlotul Ulama’ berbunyi pasal 2 :
“Adapun maksud perkumpulan ini yaitu memegang teguh pada salah satudari madzab imam empat yaitu Muhammad bin Adris As Syafi’I, Imam malik bin Anas, Imam Abu Hanifah An Nu’man atau Imam Ahmad bin Hambal dan menggunakan apa saja yang menjadi kemaslahatan agama”
Pasal 3 (ayat 1)
Untuk mencapai maksud perkumpulan ini maka diadakan ikhtiyar :
1. Mengadakan perhubungan diantara ulama’-ulama’ yang bermadzab dalam pasal 2.
2. Memeriksa kitab-kitab sebelum dipakai untuk mengajar, apa itu dari kitab-kitab aswaja atau kitab-kitab ahli bid’ah.
3. Menyiarkan agama islam diatas madzab sebagaimana tersebut dalam pasal 2 dengan jalan apa saja yang baik.
4. Berikhtiyar memperbanyak madrasah-madrasah yang berdasar islam.
5. Memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masjid, mushola-mushola, pondok, begitu juga dalam hal ihwal anak-anak yatim dan orang-orang fakir miskin.
(ayat 2) : Nahdlotul Ulama’ sejak semula meyakini bahwa persatuan dan kesatuan para ulama’ pengikutnya, masalah pendidikan, dakwah islamiyah, kegiatan social, serta perekonomian adalah masalah yang tidak dapat dipisahkan untuk merubah masyarakat yang terbelakang, bodoh dan miskin menjadi masyarakat yang maju sejahtera dan berakhlak mulia.
B. Struktur keorganisasian Nahdlotul Ulama’
Seperti halnya organisasi pada Negara modern, organisasi Nahdlotul Ulama’ membedakan antara kekuasaan suriah (badan legislatif) dengan kekuasaan tanfidliyah (badan eksekutif), akan tetapi fungsi suriyah dalam Nahdlotul Ulama’ merangkap pula sebagai pengadilan dan badan yudikatif. Karenanya suriyah merupakan pimpinan tertinggi yang petunjuk dan pendapatnya mengikat sampai kebawah menurut garis vertikal.
Pengurus suriyah selaku pimpinan tertinggi mempunyai tugas :
1. Menentukan arah kebijaksanaan Nahdlotul Ulama’ dalam melakukan usaha dan tindakan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Memberi petunjuk, bimbingan dan penbinaan dalam memahami, menganalisa. Mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam menurut faham Ahlussunah Wal Jama’ah baik dibidang aqidah, syari’ah, maupun tasawuf.
3. Mengendalikan, mengawasi, dan memberikan koreksi terhadap semua perangkat Nahdlotul Ulama’ agar pelaksanaan program-program Nahdlotul Ulama’ berjalan diatas ketentuan jam’iyah dan agama islam.
4. Membimbing, mengarahkan dan mengawasi badan otonom, lembaga dam majnah berlangsung berada di daerah suriah.
5. Membatalkan keputusan atau langkah organisasi Nahdlotul Ulama’ yang dinilai bertentangan dengan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah.
Sedangkan pengurus Tanfidliyah sebagai pelaksanaan harian mempunyai tugas :
1. Memimpin organisasi sehari-hari sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pengurus suriah.
2. Melaksanakan program jam’iyah Nahdlotul Ulama’.
3. Membimbing, mengarahkan, memimpin dan mengawasi kegiatan-kegiatan perangkat jam’iyah yang ada dibawahnya.
4. Menyampaikan laporan secara periodik kepada pengurus suruia tentang pelaksanaan tugasnya.
C. Perangkat Organisasi Nahdlotul Ulama’
Perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ menurut hasil Muktamar XXI di solo terdiri atas:
1. Lembaga
Adalah perangkat departemen organisasi Nahdlotul Ulama’ yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlotul Ulama’, khususnya yang berkaitan dengan bidang tertentu. Lembaga-lembaga tersebut adalah :
a. Lembaga Dakwah Nahdlotul Ulama’(LDNU) bertuigas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dibidang penyiaran agama islam Ahlussunah Wal Jama’ah.
b. Lembaga pendidikan Ma’arif Nahdlotul Ulama’ (LP. MA”ARIF. NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dibidang pendidikan dan pengajaran, baik formal maupun non formal selain pondok pesantren.
c. Lembaga Sosial Mabarot Nahdlotul Ulama’ (LS MABAROT NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang social dan kesehatan.
d. Lembaga Perekonomian Nahdlotul Ulama’ (LP. NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlotul Ulama’.
e. Robithoh Ma’had (RMI) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan pondok pesantren.
f. Lembaga Kemasyarakatan Keluarga Nahdlotul Ulama’ (LKKNU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang kemaslahatan keluarga, kependidikan dan lingkungan hidup.
g. Haiah Ta’mirtil Masjid Indonesia (HTMI) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan dan kemakmuran.
h. Lembaga kajian dan pengembangan sumber daya manusia (LAKPESDAM) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dalam bidang kajian dan pengembangan sumber daya manusia.
i. Lembaga Seni Budaya Nahdlotul Ulama’ (LESBUMI NU) bertugas melajsanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang seni dan budaya selain seni hadrah.
j. Lembaga Pengembangan Tenaga Kerja Nahdlotul Ulama’ (LPTK NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan ketenaga kerjaan.
k. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlotul Ulama’ (LPBH NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang Penyuluhan dan bantuan hokum.
l. Jamiatul Quro’wal hiuffad bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan seni baca dan metode pengajaran dan hafalan Al Qur’an.
2. Lajnah
Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ untuk melaksanakan program Nahdlotul Ulama’ yang memerlukan penanganan khusus.
a. Lajnah Falaqiyah bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah.
b. Lajnah Ta’lif Wanafsir bertugas di bidang penerjemahan, penyusunan dan penyebaran kitab-kitab menurut faham Ahlussunah Wal Jama’ah.
c. Lajnah Auqof bertugas menghimpun dan mengelola tanah serta bangunan yang diwakafkan kepada Nahdlotul Ulama’.
d. Lajnah Waqof Infaq dan Shodaqoh bertugas menghimpun, mengelola dan mentasarufkan zakat, infaq, dan shodaqoh.
e. Lajnah Bahtsul Masail Diniyah, bertugas menghimpun, membahas dan memecahkan masalah maudzuiyah dan waqiiyah yang harus segera mendapat kepastian hokum.
3. Badan Otonom
Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlotul ULlama’, khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu yang beranggotakan perseorangan.
a. Jam’iyah ahli thoriqoh Muhammad SAW tabaroh annahdiyah, dalam badan otonom yang menghimpun pengikut aliran thoriqoh yang Mukhtabar di lingkungan Nahdlotul Ulama’.
b. Muslimat Nahdlotul Ulama’ (Mulimat NU) menghimpun anggota perenpuan Nahdlotul Ulama’.
c. Fatayat Nahdlotul Ulama’ (Fatayat NU) menghimpun anggota perempuan muda Nahdlotul Ulama’.
d. Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR) menghimpun anggota pemuda Nahdlotul Ulama’
e. Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama’ (IPNU) menghimpun pelajar, santri, dan mahasiswa laki-laki.
f. Ikatan Pelajar Putri Nahdlotul Ulama’ (IPPNU) menghimpun pelajar, santri dan mahasiswa perempuan.
g. Ikatan Sarjana Nahdlotul Ulama’ (ISNU) menghimpun para sarjana dan kaum intelektual di kalangan Nahdlotul Ulama’.
h. Pagar Nusa menghimpun para anggota Nahdlotul Ulama’ yang suka dalam bidang beladiru pencak silat.
MARS IPNU
Wahai pelajar Indonesia
Siapkanlah barisanmu
Bertekat bulat bersatu
Di bawah kibaran panji IPNU
Wahai pelajar islam yang setia
Kembangkanlah agamamu
Dalam Negara Indonesia
Tanah air yang ku cinta
Dengan berpedoman kita belajar
Berjuang serta bertakwa
Kita bina watak nusa dan bangsa
Tuk kejayaan masa depan
Bersatu wahai pelajar islam jaya
Tunaikanlah kewajiban yang mulya
Ayo maju pantang mundur
Dengan rahmat tuhan kita perjuangkan
Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur
MARS IPPNU
Sirnalah gelap terbitlah terang
Mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang
Segala rinyangan mundur semua
Tiada laut sedalam iman
Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada tuhan
Tegak kepala lawan derita
Dimalam yang sepi dipagi yang cerah
Hatiku teguh bagimu ikatan
Dimalam yang hening dihati membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi
Mekar seribu bunga ditaman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari amal kuberi
Untuk agama bangsa negeri